Secara astronomis, Kecamatan Towea terletak di bagian Utara pulau Muna. Secara geografis, Towea terletak di bagian Utara garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan di antara 4.500 – 4.360 Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur diantara 122.410 - 121.450 Bujur Timur.
Batas wilayah administrasi Kecamatan Towea sebagai berikut:
Kecamatan Towea terdiri dari desa yaitu :
Kecamatan Towea pada umumnya beriklim tropis dengan suhu rata-rata antara 25 °C – 27 °C. Seperti halnya daerah lain di Kabupaten Muna, pada bulan November sampai Juni angin bertiup dari benua Asia dan samudera pasifik mengandung banyak uap air yang menyebabkan terjadinya hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Kecamatan Towea. Sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan juli dan oktober, dimana pada bulan ini angin bertiup dari benua Australia yang sifatnya kering dan sedikit mengandung uap air. Seperti halnya daerah Sulawesi Tenggara pada umumnya, di Kecamatan Towea angin bertiup dengan arah yang tidak menentu,yang mengakibatkan curah hujan yang tidak menentu pula, dan keadaan ini dikenal sebagai musim pancaroba.
Musim hujan terjadi pada bulan November sampai dengan Juni, dimana angin yang mengandung banyak uap air bertiup dari benua Asia dan samudra pasifik sehingga menyebabkan hujan. Sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan Juli dan bulan Oktober. Pada bulan ini angin bertiup dari benua Australia yang sifatnya kering dan mengandung uap air yang relatif sedikit.
Secara astronomis, Kecamatan Towea terletak di bagian Utara pulau Muna . Luas daratan Kecamatan Towea yaitu sekitar 29,02 km2 yang terletak di bagian utara Pulau Muna. Kecamatan Towea terdiri atas 8 desa yaitu Renda, Bontu- Bontu, Moasi, Lakarama, Wangkolabu, Tanjung Harapan, Bontu-bontu Barat dan Tangkalalo.
Kecamatan Towea pada umumnya beriklim tropis dengan suhu rata-rata antara 25 °C – 27 °C . Pada umumnya musim hujan terjadi pada bulan Desember sampai dengan Juni dimana angin yang mengandung banyak uap air bertiup dari Benua Asia dan Samudra Pasifik sehingga menyebabkan hujan. Sedangkan musim kemarau terjadi antara Juli sampai November, pada bulan ini angin bertiup dari Benua Australia yang sifatnya kering dan sedikit mengandung uap air.
Secara rata-rata, banyaknya hari hujan tiap bulan pada tahun 2016 adalah 16 hari dengan rata-rata curah hujan 172,00 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari sebesar 432,50 mm dengan jumlah hari hujan sebesar 21 hari hujan.
Untuk menjalanakan fungsi Pemerintahan, Administrasi Pemerintahan di Kecamatan Towea di bagi menjadi beberapa wilayah administrasi desa dan Kelurahan. Dimana Tiap desa dan kelurahan ini masing-masing dipimpin oleh kepala desa dan kepala kelurahan. Selain itu pula, di level bawah, administrasi di tiap desa/kelurahan dibagi menjadi Rukun Tetangga dan juga Dusun Lingkungan/dusun. Tahun 2016 terdapat 16 Dusun/Lingkungan dan 22 Rukun Tentangga.
Untuk mendukung pelaksanaan pemerintahan, di tiap desa/kelurahan dibangun kantor desa/kelurahan dan balai desa. Pada tahun 2017 terdapat 6 kantor desa/kelurahan, 6 balai desa dan 2 sanggar PKK.
Dalam hal menjaga keamanan di lingkungan tempat tinggal, dibentuk Pertahanan Sipil (Hansip) yang beranggotakan masyarakat sipil di masing-masing desa/kelurahan. Terdapat 8 orang hansip di Wilayah Kecamatan Towea pada tahun 2016.
Penduduk Kecamatan Towea berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2016 sebanyak 5.169 jiwa yang terdiri atas 2.549 jiwa penduduk laki-laki dan 2.620 jiwa penduduk perempuan dengan jumlah rumah tangga sebanyak 1.140 rumah tangga. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2016 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 97.
Kepadatan penduduk di Kecamatan Towea tahun 2016 mencapai 178 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga adalah 5 orang. Kepadatan Penduduk di masingmasing Desa/kelurahan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Desa Bhontu- Bhontu dengan kepadatan sebesar 891 jiwa/km2 dan terendah di Desa Lakarama sebesar 81 jiwa/km2.
Pelaksanaan pembangunan pendidikan di Kecamatan Towea selama ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Indikator yang dapat mengukur tingkat perkembangan pembangunan pendidikan di Kecamatan Towea seperti banyaknya sekolah, guru dan murid disajikan pada Tabel 1
Tingkat Pendidikan | Sekolah | Guru | Murid | Rasio Murid/Guru |
---|---|---|---|---|
TK | 3 | 8 | 72 | 9 |
Sekolah Dasar | 5 | 56 | 851 | 15 |
SMP | 4 | 33 | 280 | 8 |
SMA | 1 | 10 | 101 | 10 |
Tabel 4.1.1 memberikan gambaran tentang jumlah sekolah maupun prasekolah (TK), jumlah guru, murid dan juga rasio guru terhadap siswa. DI tahun 2016, besarnya rasio murid terdap guru untuk masing-masing level tingkatan pendidikan dari TK, SD, SMP dan SMA masing-masing 9,15,8 dan 10.
Untuk mencapai sasaran pembangunan di bidang kesehatan maupun di bidang program keluarga berencana, pemerintah Kabupaten Muna telah menggiatkan pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana kesehatan dan keluarga berencana sampai ke pelosok pedesaan. Program tersebut bisa dilihat pada ketersediaan fasilitas kesehatan di Kecamatan Towea Jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Towea pada tahun 2016 disajikan pada Tabel 2 yaitu 6 buah, yang terdiri dari Pusekamas 1 unit, pustu 3 unit, dan 2 balai pengobatan.
Desa/Kelurahan | Rumah Sakit | Puskesmas | Pustu | Balai Pengobatan |
---|---|---|---|---|
Renda | - | - | 1 | - |
Bontu-bontu | - | - | 1 | - |
Moasi | - | - | - | 1 |
Lakarama | - | 1 | - | - |
Wangkolabu | - | - | - | 1 |
TOWEA | - | 1 | 2 | 2 |
Umumnya pulau towea dihuni oleh suku muna, bugis, jawa dan bajo yang beragama Islam
Di Kecamatan Towea keseluruhan sumber energy listriknya berasal dari listrik non-PLN dan bukan listrik. Tahun 2016, seluruh rumah tangga di Kecamatan Towea belum tersentuh oleh akses listrik PLN.
Pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap kebutuhan air bersih yang berdomisili di ibu kota Kabupaten Muna sebagian besar dilayani oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sedangkan bagi masyarakat yang berdomisili di daerah pedesaan umumnya menggunakan air dari sumur, mata air dan air hujan. Untuk itu kegiatan pembangunan air bersih dewasa ini diarahkan pada peningkatan kapasitas dan perluasan jaringan air minum dengan maksimal agar dapat menjangkau masyarakat pedesaan. Sampai dengan tahun 2016, sumber air PDAM belum mampu mengakses masyarakat Kecamatan Towea. Sumber utama air bersih bagi masyarakat Towea berasal dari Sumur dan sumber lainnya (membeli atau air hujan). Dimana sekitar 47 persen rumah tangga menggunakan air sumur dan 53 persen menggunakan sumur lainnya
Tanaman Pangan Pertanian tanaman pangan di Kecamatan Towea yang tercatat pada dinas pertanian berupa tanaman jagung, ubi jalar dan ubi kayu.. Secara umum, luas panen tahun 2016 ketiga tanaman ini mencapai masing-masing 209 ton, 119 ton, dan 46 ton.
Komoditas utama perkebunan Kecamatan Towea berupa jambu mete, coklat, dan kelapa,. Data luas panen dan produksi maisng-masing jenis tanaman perkebunan tersebut pada tahun 2016 disajikan dari data dinas pertanian Kabupaten Muna .Tahun 2016 Luas panen dan Produksi tanaman kelapa masing-masing sebesar 251 Hektare dan 214 tons. Untuk produksi dan luas panen tanaman jambu mete masingmasing sebesar 638 Hektar dan 120 ton,. Sedangkan tanaman kakao luas panan mencapai 31 Ha dan 7 ton.
Data peternakan yang ditampilkan untuk Kecamatan Towea tahun 2016 adalah populasi ternak sapi, ayam kampung/buras dan itik. Dimana pada tahun 2016 jumlah populasi ternak sapi,ayam kampung, dan itik mencapai masing-masing 287 ekor, 1.277 ekor dan 256 ekor.
Produksi perikanan di Kecamatan Towea terdiri dari perikanan tangkap dan perikanan budidaya . Pada tahun 2016, lebih dari setengah total produksi perikanan didominasi oleh perikanan tangkap. Jumlah produksi perikanan tangkap mencapai 88 persen, sedangkan sisanya 12 persen merupakan hasil perikanan budidaya.
Pembangunan di bidang industri ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja, meratakan kesempatan berusaha, meningkatkan ekspor, menunjang pembangunan daerah, serta memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Berpijak dari amanat tersebut maka pemerintah daerah Kabupaten Muna memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk membuka berbagai macam kegiatan dalam bidang industri. Termasuk pula pemerintahan Kecamatan Towea.
Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang mampu menggerakkan perekonomian suatu wilayah. Kecamatan Towea merupakan daerah kepulauan sehingga transaksi yang terjadi sebagian merupakan perdagangan antar pulau.. Untuk aktivitas jual beli, pasar menjadi tempat dimana aktivitas jual beli terbesar terjadi di Kecamatan Towea. Di mana sampe dangan tahun 2016 terdapat 3 pasar yang tersebar di Desa Bhontu-bhontu, Desa Moasi, dan Desa Lakarama. Tahun 2016 di Kecamatan Towea terdapat 120 pedagang eceran yang menjual hasil dagangannya langsung ke konsumen akhir. Toko terdapat sekitar 3 unit, 124 unit kios kecil, dan 3 unit rumah makan.
Sarana angkutan dan komunikasi merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan masyarakat yang dapat mendukung terciptanya kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat. Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting dalam memperlancar kegiatan perekonomian antar wilayah. Kondisi jalan yang baik akan memudahkan mobilitas penduduk dalam melakukan kegiatan perekonomian dan kegiatan sosial lainnya.
Angkutan darat terdiri dari kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Jumlah kendaraan bermotor di Kecamatan Towea dari tahun ke tahun senantiasa mengalami peningkatan. Peningkatan ini dikarenakan masyarakat semakin membutuhkan kendaraan untuk membantu memperlancar kegiatan sehari-hari mereka. Pada tahun 2016 jumlah kendaraan darat di Kecamatan Towea disajikan pada tabel 3
Kecamatan Towea merupakan daerah kepualauan sehingga transportasi utama yang digunakan oleh masyarakatnya adalah angkutan Laut. Jenis transportasi laut yang digunakan antara lain perahu motor tempel, perahu tanpa motor dan kapal motor. Dimana tahun 2016 tercatat setidaknya 94 unit perahu tanpa motor, 41 unit perahu motor tempel, dan 33 Kapal motor.
Kelancaran kegiatan pemerintah dan pembangunan sangat tergantung tersedianya biaya, baik untuk administrasi maupun kegiatan lainnya. Dana pembangunan daerah berasal dari bagian Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah. Untuk menopang kegiatan pembangunan sampai level Kecamatan, pemerintah menyediakan dana subsidi desa yg besarannya tiap tahun mengalami kenaiakan. Pada tahun anggaran 2016, besarnya subsidi yang diteima oleh masing-masing desa di Kecamatan Towea berkisar antara 100 juta sampa 144,8 juta rupiah per desa.
Kegiatan pencatatan harga pada kurun waktu tertentu merupakan aktivitas yang sangat penting dalam memantau kegiatan perekonomian, karena harga merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat stabilitas ekonomi atau keseimbangan antara penawaran dan permintaan akan barang dan jasa. Adapun harga yang disajikan meliputi harga 9
bahan pokok di pedesaan. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3
Jenis Komoditas | Satuan | Harga (Rp) | |
---|---|---|---|
2015 | 2016 | ||
Beras | Kg | 9.219 | 10.696 |
Ikan Teri | Kg | 77 563 | 87 799 |
Minyak Kelapa | Botol | 11 250 | 11 917 |
Gula Pasir | Kg | 12 457 | 15 083 |
Garam Hancur | Kg | 4 000 | 4 000 |
Minyak Tanah | Liter | 7 500 | 7 939 |
Sabun Cuci | Batang | 3 000 | 3 000 |
Textil teteron | Meter | 17 500 | 25 000 |
Batik sedang | Meter | 35 000 | 35 000 |
Festival Towea adalah agenda yang dicanangkan oleh bupati L.M Rusman Emba,ST untuk menarik wisatan lokal maupun manca negara. Pulau Towea merupakan salah satu pulau di Kabupaten Muna yang sejak zaman Belanda sudah dijadikan sebagai lokasi untuk rekreasi. wisata yang terkenal di towea adalah pantai bungin pinungan yang terkenal dengan keindahan hamparan pasir putih keemasan di atas pulau tersebut.
Katobu adalah sebuah kecamatan di Kota Raha, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kecamatan ini merupakan pusat ibukota Kabupaten Muna . Katobu terdiri atas 8 kelurahan, yaitu
Secara astronomis, Kecamatan Katobu terletak di bagian Utara Pulau Muna. Secara geografis, Katobu terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan di antara 4.490 – 4.500 Lintang Selatan dan membentang dari barat ke timur diantara 122.420 - 122.430 Bujur Timur. Batas wilayah administrasi Kecamatan Katobu sebagai berikut:
Secara administratif, Kecamatan Katobu terdiri dari 8 kelurahan. Dari jumlah kelurahan yang ada, yang memiliki wilayah terluas adalah Kelurahan Watonea dengan luas 5,68 Km2 (44,10%), sedangkan Kelurahan yang memiliki Wilayah terkecil adalah Kelurahan Wamponiki dengan luas 0,55 Km2 (4,27%) dari luas Kecamatan Katobu.
Kabupaten Muna mempunyai iklim tropis seperti sebagian besar daerah di Indonesia, dengan suhu rata-rata sekitar 26oC–30oC. Demikian juga dengan musim, Kabupaten Muna mengalami dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Pada umumnya musim hujan terjadi pada bulan Desember sampai Juni dimana angin yang mengandung banyak uap air bertiup dari Benua Asia dan Samudra Pasifik sehingga menyebabkan hujan. Sedangkan musim kemarau terjadi antara Juli sampai November, pada bulan ini angin bertiup dari Benua Australia yang sifatnya kering dan mengandung uap air.
Secara rata-rata, banyaknya hari hujan tiap bulan pada tahun 2018 adalah 14 hari dengan rata-rata curah hujan 214,8 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 210,3 mm dengan jumlah hari hujan sebesar 16 hari hujan
Penduduk Kecamatan Katobu berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2018 sebanyak 31.929 jiwa yang terdiri atas 15.250 jiwa penduduk laki-laki dan 16.679 jiwa penduduk perempuan dengan jumlah rumah tangga sebanyak 6.692 rumah tangga. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2018 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 91,43.
Kepadatan penduduk di Kecamatan Katobu tahun 2018 mencapai 2.479 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga adalah 5 orang. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Katobu cukup beragam. Kepadatan penduduk tertinggi adalah Kelurahan Raha II dengan kepadatan sebesar 10.457 jiwa/km2 dan terendah di Kelurahan Watonea sebesar 658 jiwa/km2[[1]]
Pelaksanaan pembangunan pendidikan di kecamatan Katobu terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satu indikator yang dapat mengukur tingkat perkembangan pembangunan pendidikan di kecamatan Katobu adalah banyaknya sekolah, guru dan murid.
Jumlah fasilitas pendidikan di kecamatan Katobu sebanyak 64 unit yang terdiri dari 25 unit TK sederajat, 20 unit SD sederajat, 10 unit SMP sederajat, dan 9 unit SMA sederajat.
Salah satu indikator untuk mengukur perkembangan kesehatan di kecamatan Katobu adalah ketersediaan infrastruktur kesehatan hingga ke kelurahan.
Jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Katobu hingga tahun 2019 yaitu 49 unit, yang terdiri dari 1 unit rumah sakit, 2 unit puskesmas, 28 unit posyandu, 18 unit Apotek kesehatan.
Tenaga medis yang ada di Kecamatan Katobu yaitu 10 orang Dokter umum,4 orang Dokter Gigi,10 orang Dokter Spesialis, 25 orang bidan, 82 orang perawat, 14 tenaga farmasi, dan 161 tenaga kesehatan lainnya.
Katobu juga dapat dilihat dari ketersediaan saranan peribadatan. Pada tahun 2018 jumlah tempat peribadatan di kecamatan Katobu berjumlah 26 unit, terdiri dari 22 unit mesjid dan 4 unit gereja.
Pembangunan dibidang industri ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja, meratakan kesempatan berusaha, meningkatkan ekspor, menunjang pembangunan daerah, serta memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Di Kecamatan Katobu tahun 2018 tercatat ada 539 usaha dan menyerap tenaga kerja sebanyak 915 orang. Jumlah industri terbanyak terdapat di kelurahan Raha II berjumlah 167 industri .
Kebutuhan listrik rumah tangga di kecamatan Katobu sebagian besar diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Jumlah rumah tangga pengguna listrik di Kecamatan Katobu tahun 2018 yaitu sebanyak 6.691 rumah tangga.
Pemenuhan kebutuhan air bersih di Kecamatan Katobu sebagian besar diperoleh dari air sumur. Pada tahun 2018, pelanggan PDAM/bukan PDAM baik menggunakan meteran maupun non meteran sebanyak 6.692 pelanggan.
Batalaiworu adalah sebuah kecamatan di Kota Raha, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kecamatan Batalaiworu merupakan pemekaran dari Kecamatan Katobu. Berdasarkan Perda No 27 Thn 2002 tentang pembentukan kecamatan Duruka, Batalaiworu, Lasalepa, Bone,Tiworo Tengah,Watopute, Barangka, Pasir Putih dan Kecamatan Kambowa dalam Lingkup Kabupaten Muna Kecamatan Batalaiworu terdiri dari 2 Desa dan 2 Kelurahan yaitu
yang meliputi 11 Lingkungan dan 22 RT, dengan jumlah penduduk 9.069 jiwa / 1.755 Kepala Keluarga (KK)(1), Luas Wilayah 22.71 Km2[[1]]
Secara astronomis, Kecamatan Batalaiworu terletak di bagian timur Pulau Muna. Secara geografis, Batalaiworu terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan di kira-kira 4°47’ LS - 4°49’ LS dan membentang dari Barat ke Timur diantara 122°40’- 122°44’ BT BT
Batas wilayah administrasi Kecamatan Batalaiworu sebagai berikut:
Luas daratan Kecamatan Batalaiworu yaitu sekitar 22,71 Km2 yang terletak di bagian Timur Pulau Muna. Kecamatan Batalaiworu terdiri atas 2 desa dan 2 kelurahan yaitu Wawesa, Laiworu, Wakorambu, dan Sidodadi.
Kecamatan Batalaiworu pada umumnya beriklim tropis dengan suhu rata-rata antara 25 °C – 27 °C. Seperti halnya daerah lain di Kabupaten Muna, pada bulan November sampai Juni angin bertiup dari benua asia dan samudera pasifik mengandung banyak uap air yang menyebabkan terjadinya hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Kecamatan Batalaiworu. Sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan Juli dan Oktober, dimana pada bulan ini angin bertiup dari benua Australia yang sifatnya kering dan sedikit mengandung uap air. Seperti halnya daerah Sulawesi Tenggara pada umumnya, di Kecamatan Batalaiworu angin bertiup dengan arah yang tidak menentu, yang mengakibatkan curah hujan yang tidak menentu pula, dan keadaan ini dikenal sebagai musim pancaroba.
Kecamatan Batalaiworu dengan luas 22,71 Km² terdiri atas 2 desa dan 2 kelurahan yaitu Wawesa, Laiworu, Wakorambu, dan Sidodadi. Pada umumnya musim hujan terjadi pada
bulan Desember sampai dengan Juni. Secara rata-rata, banyaknya hari hujan tiap bulan pada tahun 2016 adalah 16 hari dengan rata-rata curah hujan 172,00 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari sebesar 432,50 mm dengan jumlah hari hujan sebesar 21 hari hujan
Kecamatan Batalaiworu merupakan kecamatan yang berada di bawah administrasi pemerintahan Kabupaten Muna. Ibu kota Kecamatan Batalaiworu adalah Kelurahan Laiworu. Kecamatan Batalaiworu terdiri dari 4 Desa/Kelurahan yaitu Kelurahan Laiworu dan Sidodadi. 2 desa yaitu desa Wawesa dan Desa Wakorambu.
Pejabat Pemerintah Kecamatan Batalaiworu.
Penduduk Kecamatan Batalaiworu berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2016 sebanyak13.855 jiwa yang terdiri atas 6.674 jiwa penduduk laki-laki dan 7.181 jiwa penduduk perempuan dengan jumlah rumah tangga sebanyak 2.976 rumah tangga. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2016 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 93,06.
Kepadatan penduduk di Kecamatan Batalaiworu tahun 2016 mencapai 610 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga adalah 5 orang. Kepadatan Penduduk di 4 kelurahan/desa cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kelurahan Laiworu dengan kepadatan sebesar 2.087 jiwa/km2 dan terendah di Desa Wawesa sebesar 235 jiwa/km2
Desa/Kelurahan | Luas Wilayah
Area (km2) |
Penduduk
(jiwa) |
Kepadatan | Persebaran
% |
---|---|---|---|---|
Laiworu | 4,33 | 9.035 | 2.087 | 65,22 |
Sidodadi | 7,31 | 2.141 | 293 | 15,45 |
Wakorambu | 4,26 | 1.075 | 252 | 7,76 |
Wawesa | 6,81 | 1.604 | 235 | 11,57 |
Batalaiworu | 22,71 | 13.855 | 610 | 100,00 |
Pelaksanaan pembangunan pendidikan di Kecamatan Batalaiworu selama ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Indikator yang dapat mengukur tingkat perkembangan pembangunan pendidikan di Kecamatan Batalaiworu seperti banyaknya sekolah, guru dan murid disajikan pada Tabel 2
Desa/Kelurahan | Taman
Kanak-Kanak |
Sekolah Dasar | SMP | SMA | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Sekolah | Guru | Murid | Sekolah | Guru | Murid | Sekolah | Guru | Murid | Sekolah | Guru | Murid | |
Wawesa | 1 | 3 | 9 | 3 | 27 | 295 | - | - | - | - | - | - |
Laiworu | 9 | 40 | 328 | 7 | 95 | 809 | 4 | 115 | 1462 | 5 | 168 | 2254 |
Wakorambu | 1 | 4 | 46 | 1 | 10 | 117 | - | - | - | - | - | - |
Sidodadi | 2 | 6 | 67 | 3 | 41 | 348 | 1 | 10 | 226 | 3 | 48 | 490 |
Jumlah/Total | 13 | 53 | 450 | 14 | 173 | 1569 | 5 | 125 | 1688 | 8 | 216 | 2744 |
Untuk mencapai sasaran pembangunan di bidang kesehatan maupun di bidang program keluarga berencana,pemerintah telah menggiatkan pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana kesehatan dan keluarga berencana sampai ke pelosok pedesaan.
Jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Batalaiworu pada tahun 2016 disajikan pada Tabel 3. yaitu 8 buah, yang terdiri dari, 1 puskesmas, 5 toko obat dan 2 Balai Pengobatan /UKBM
Desa/Kelurahan | Puskesmas | Toko Obat | Balai Pengobatan/
UKBM |
Posyandu | Klinik KB | Pos Pelayanan
KB |
---|---|---|---|---|---|---|
Wawesa | - | - | 1 | 2 | 1 | |
Laiworu | - | 4 | - | 5 | 1 | 1 |
Wakorambu | 1 | - | - | 1 | 1 | 1 |
Sidodadi | - | 1 | 1 | 2 | 1 | 1 |
Jumlah/Total | 1 | 5 | 2 | 10 | 3 | 4 |
Kegiatan pembangunan di bidang agama seperti pembangunan sarana peribadatan di Kecamatan Batalaiworu disajikan pada Tabel 4. Pada tahun 2016 jumlah tempat peribadatan di Kecamatan Batalaiworu berjumlah 16 unit, terdiri dari mesjid 14 unit dan gereja 2 unit
Desa/Kelurahan | Masjid | Gereja |
---|---|---|
Wawesa | 2 | |
Laiworu | 8 | |
Wakorambu | 1 | |
Sidodadi | 3 | 2 |
Jumlah/Total | 14 | 2 |
Jumlah sapi di Kecamatan Batalaiworu pada tahun 2016 sebanyak 826 ekor, kambing sebanyak 343 ekor, ayam kampung sebanyak 74.641 ekor, ayam ras pedaging sebanyak 11.834 ekor, ayam ras petelur 3.506 ekor dan itik sebanyak 962 ekor.
Banyaknya produksi perikanan menurut jenis komoditas perikanan tahun 2014 yaitu ikan tangkap 1,94 dan ikan budidaya 3,29
Pembangunan dibidang industry ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja, meratakan kesempatan berusaha, meningkatkan ekspor, menunjang
pembangunan daerah, serta memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Di Kecamatan Batalaiworu tahun 2016 sebagaimana disajikan pada Tabel 5 tercatat ada 2 dan menyerap tenaga kerja sebanyak . Jumlah industry terbanyak terdapat di Kelurahan Laiworu berjumlah 140 industri .
Desa/Kelurahan | Industri B/S | Industri
Kecil |
Industri
Rumah Tangga |
Makanan | Pakaian Jadi | Tekstil | Barang Galian Bukan Logam | Furnitur | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Jumlah
(unit) |
Naker
(orang) |
Jumlah
(unit) |
Naker
(orang) |
Jumlah
(unit) |
Naker
(orang) |
Jumlah
(unit) |
Naker
(orang) |
Jumlah
(unit) |
Naker
(orang) |
Jumlah
(unit) |
Naker
(orang) |
Jumlah
(unit) |
Naker
(orang) |
Jumlah
(unit) |
Naker
(orang) |
|
Wawesa | - | - | - | - | 32 | 55 | 24 | 40 | 1 | 2 | 1 | 1 | 1 | 3 | 4 | 6 |
Laiworu | 1 | 20 | 8 | 59 | 131 | 165 | 76 | 92 | 24 | 32 | 3 | 3 | 3 | 3 | 14 | 53 |
Wakorambu | - | - | 4 | 20 | 21 | 29 | 12 | 16 | 4 | 4 | 3 | 3 | 2 | 10 | 2 | 6 |
Sidodadi | - | - | 2 | 16 | 21 | 43 | 7 | 10 | 4 | 4 | 1 | 1 | 4 | 18 | 6 | 16 |
Jumlah/Total | 1 | 20 | 14 | 95 | 205 | 292 | 119 | 158 | 33 | 42 | 8 | 8 | 10 | 34 | 26 | 81 |
Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan bahan galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, di bawah permukaan bumi dan di bawah permukaan air.
Di Kecamatan Batalaiworu sampai dengan tahun 2016 belum ada perusahaan pertambangan, yang ada adalah usaha penggalian golongan C yang diusahakan oleh masyarakat. usaha penggalian terdapat di kelurahan laiworu sebanyak 3 unit dengan tenaga kerja sebanyak 6 orang dan produksi galian sebesar 174 m3
Di Kecamatan Batalaiworu, kebutuhan masyarakat akan tenaga listrik sebagian besar diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) Rayon Raha, yang sebelumnya merupakan ranting dari PLN Cabang Bau-Bau, sedangkan bagi masyarakat yang tidak terjangkau dengan jaringan listrik dari PLN biasanya menggunakan lampu minyak tanah dan tenaga listrik non PLN sebagai alat penerangan. Tabel 7 menggambarkan jumlah rumah tangga pengguna listrik di Kecamatan Batalaiworu tahun 2016 yaitu sebanyak 2.763 rumah tangga.
Desa/Kelurahan | Sumber Listrik | ||
---|---|---|---|
PLN meteran
/Non meteran |
non PLN | Jumlah/Total | |
Wawesa | 342 | 3 | 345 |
Laiworu | 1920 | 20 | 1940 |
Wakorumba | 228 | 2 | 230 |
Sidodadi | 457 | 4 | 461 |
Jumlah/Total | 2763 | 29 | 2976 |
Pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap kebutuhan air bersih di Kecamatan Batalaiworu sebagian besar masih menggunakan air sumur. Pada tahun 2016 pelanggan PDAM baik menggunakan meteran maupun non meteran sebanyak 825 pelanggan.
Desa/Kelurahan | Ledeng
PAM |
Sumur | Mata Air | Jumlah/Total |
---|---|---|---|---|
Wawesa | 30 | 300 | 15 | 345 |
Laiworu | 717 | 1161 | 62 | 1940 |
Wakorambu | 6 | 204 | 20 | 230 |
Sidodado | 72 | 360 | 29 | 461 |
Jumlah/Total | 825 | 2025 | 126 | 2976 |
Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang mampu menggerakkan perekonomian suatu wilayah. Di Kecamatan Batalaiworu terdapat pasar Laino. Selain itu banyaknya toko, kios, dan warung makan menurut Desa/ Kelurahan di Kecamatan Batalaiworu pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 8
Desa/Kelurahan | Pedagang Besar
(Orang) |
Pedagang Eceran
(Orang) |
Toko
(Unit) |
Kios
(Unit) |
Rumah Makan
/Warung (Unit) |
Jumlah |
---|---|---|---|---|---|---|
Wawesa | - | 80 | - | 30 | - | 110 |
Laiworu | 31 | 1.070 | 49 | 457 | 82 | 1689 |
Wakorambu | - | 40 | 1 | 10 | 1 | 52 |
Sidodadi | 1 | 75 | 13 | 28 | 6 | 123 |
Jumlah/Total | 32 | 1.265 | 63 | 525 | 89 | 1.974 |
Sarana angkutan dan komunikasi merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan masyarakat yang dapat mendukung terciptanya kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat. Angkutan darat terdiri dari kendaraan bermotor dan tidak bermotor. Jumlah kendaraan bermotor di Kecamatan Batalaiworu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Peningkatan ini dikarenakan masyarakat semakin membutuhkan kendaraan untuk memperlancar kegiatan sehari-hari mereka. Banyaknya angkutan darat menurut Desa/Kelurahan dan jenisnya di Kecamatan Batalaiworu dapat dilihat
pada Tabel 9
Desa/
Kelurahan |
Mobil
Pribadi |
Mikrolet | Truk | Ojek/
Motor |
Jumlah |
---|---|---|---|---|---|
Wawesa | 1 | 1 | - | 64 | 112 |
Laiworu | 70 | 5 | 12 | 140 | 642 |
Wakorambu | 9 | 3 | 2 | 52 | 61 |
Sidodadi | 40 | 1 | 4 | 70 | 175 |
Jumlah/Total | 120 | 10 | 18 | 326 | 990 |
Kegiatan pencatatan harga pada kurun waktu tertentu merupakan aktivitas yang sangat penting dalam memantau kegiatan perekonomian, karena harga merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat stabilitas ekonomi atau keseimbangan antara penawaran dan permintaan akan barang dan jasa.
Adapun harga yang disajikan meliputi harga 9 bahan pokok di Kecamatan Batalaiworu pada tahun 2016 adalah Beras Rp.10.696/Kg, Ikan Teri diawetkan Rp. 87.799/Kg, Minyak kelapa Rp. 11.917/botol, Gula Pasir Rp. 15.083/Kg, Garam Hancur Rp.4.000/Kg, Minyak Tanah Rp. 7.939/Liter, Sabun Cuci Rp. 3.000/batang, Tekstil teteron Rp. 25.000/meter, Batik Sedang Rp.35.000/meter
Lasalepa adalah sebuah kecamatan di Kota Raha, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kecamatan Lasalepa adalah kecamatan dengan penduduk yang heterogen, dimana masyarakatnya terdiri dari berbagai macam suku dan etnis selain suku Muna ada Jawa, Bugis, dan Bajo sehingga dalam kesehariannya memiliki berbagai macam budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam pula.[1]
Secara astronomis, Kecamatan Lasalepa terletak di bagian Utara pulau Muna. Secara geografis, Lasalepa terletak dibagian Utara garis khatulistiwa, memanjang dari utara keselatan di antara 04.740 – 4.770 Lintang Selatan dan membentang dari Barat keTimur diantara 123.730 - 124.1980 Bujur Timur.
Batas wilayah administrasi Kecamatan Lasalepa sebagai berikut:
Luas daratan Kecamatan Lasalepa yaitu sekitar 107,92 km2 yang terletak di bagian Utara Pulau Muna. Kecamatan Lasalepa terdiri atas 8 Desa yaitu Bangunsari, Lasalepa, Parida,Labunti, Bonea, Labone, Kombungo dan Roda.
Kecamatan Lasalepa pada umumnya beriklim tropis dengan suhu rata-rata antara 25 °C – 27 °C. Seperti halnya daerah lain di Kabupaten Muna, pada bulan November sampai Junuari angin bertiup dari Benua Asia dan Samudera Pasifik mengandung banya kuap air yang menyebabkan terjadinya hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk
Kecamatan Lasalepa.
Sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan juli dan oktober, dimana pada bulan ini angin bertiup dari Benua Australia yang sifatnya kering dan sedikit mengandung uap air. Seperti halnya daerah Sulawesi Tenggara pada umumnya, di Kecamatan Lasalepa angin bertiup dengan arah yang tidak menentu, yang mengakibatkan curah hujan yang tidak menentu pula, dan keadaan ini dikenal sebagai musim pancaroba.
Kecamatan Lasalepa secara administratif terdari dari 7 Desa dan 1 (satu) Desa persiapan masih dalam tahap pembinaan. Luas daratan Kecamatan Lasalepa seluas 107,92 km2 atau 10792 ha. Desa Kombungo merupakan desa dengan wilayah terluas di kecamatan Lasalepa, yaitu 30,00 km2 atau 27,80 persen dari luas Kecamatan Lasalepa. Selanjutnya disusul Desa Labone seluas 25,38 km2 atau 23,52 persen, Desa Bangunsari seluas 23,10 km2 atau 21,10 persen, Desa Bonea seluas 9,44 km2 atau 8,97 persen, Desa labunti dan desa Lasalepa masing masing selaus 7,52 km2 dan 7,32 km2 atau 6,97 persen dan 6,78 persen. Desa Parida seluas 5,16 km2 atau 4,78 persen dari seluruh luas wilayah Kecamatan Lasalepa. Adapun untuk luas wilayah desa Roda belum tersedia dan masih tergabung dengan desa induk.
Keadaan permukaan wilayah Kecamatan Lasalepa umumnya berupa dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 50 meter di atas permukaan laut. Kondisi ini cukup baik untuk dikembangkannya tanaman pangan dan perkebunan. Berdasarkan ketinggian di atas perukaan laut, lebih dari setengah (5580 ha) atau sebesar 51,70 persen luas wilayah Kecamatan Lasalepa berada pada ketinggian 25 – 100 meter di atas permukaan Laut, disusul ketinggian 7 -25 meter di atas permukaan laut seluas 2744 ha atau sebasar 25,43 persen, sedangkanwilayah yang memiliki ketinggian 0 – 7 meter diats permukaan laut seluas 2.468 ha atau 22,87 persen dari seluruh luas wilayah Kecamatan Lasalepa. Berdasarkan kemiringan, wilayah kecamatan Lasalepa memiliki klasifikasi kemiringan 0-2 persen seluas 9627ha (87,20 persen) kemudian disusul 15-40 persen 695 ha atau 6,44 persen dan selanjutnya kemiringan lebih dari 40 persen seluas 470 ha atau 4,36 persen, dari seluruh luas wilayah Kecamatan Lasalepa.
Keadaan tanah Kecamatan Lasalepa adalah berjenis Mediterania, reusinia, dan litosol.
Terdapat beberapa sungai yang melintasi Kecamatan Lasalepa. Sungai-sungai tersebut adalah Sungai Lambiku terletak diperbatasan Desa Labone Kecamatan Lasalepa dengan Desa Lambiku Kecamatan Napabalano; Sungai Rambiha yang membatasi Desa Lasalepa dan Desa Parida, serta Sungai Labalue yang membatasi Desa Lasalepa Kecamatan Lasalepa dengan Kelurahan Sidodadi Kecamatan Batalaiworu. Kecamatan Lasalepa memiliki perairan yang cukup petensial dan mengandung berbagai kekayaan laut seperti ikan, rumput laut teripang serta hasil laut lainnya.
Untuk menjalanakan fungsi Pemerintahan, administrasi pemerintahan di Kecamatan Lasalepa dibagi menjadi beberapa wilayah administrasi desa . Dimana tiap Desa ini masing-masing dipimpin oleh kepala desa. Selain itu pula, di level bawah, administrasi di tiap desa dibagi menjadi Rukun Tetangga dan juga Dusun Lingkungan/Dusun.
Untuk mendukung pelaksanaan pemerintahan, di tiap Desa dibangun kantor Desa, balai Desa. Wilayah kecamatan Lasalepa terdiri dari 7 Desa dan 1 (satu) Desa Persiapan yang sedang dalam tahap pembinaan. Kecamatan ini terbagi menjadi 14 Dusun, 38 Rukun Tetangga (RT) dengan pusat pemerintahan masing- masing sebagai berikut:
Kecamatan Lasalepa beribu kota di desa Lasalepa
Salah satu indikator rumah sehat menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah rumah tinggal yang memiliki luas lantai per kapita minimal 10 M2. Pada tahun 2016 tidak ada yang m emiliki luas di bawah luas lantai 10 M2. Hal ini mengindikasikan bahwa di kecamatan Lasalepa telah memenuhi syarat sebagai rumah sehat.penduduk.
Sumber penerangan yang digunakan oleh rumah tangga di Kecamatan Lasalepa berasal dari Listrik PLN sebanyak 2.190 Rumah Tangga atau sebesar 83,75 persen, Listrik Non PLN yaita Generator sebanyak 128 Rumah Tangga atau sebanyak 4,89 persen, sedangkan penerangan yang mengunakan penerangan yang berasal dari Pelita/senter/obor sebanyak 297 Rumah tangga atau 11,38 persen dari total Rumah Tangga kecamatan Lasalepa.
Penduduk Kecamatan Lasalepa pada tahun 2016 tercatat 10.953 Jiwa dengan luas wilayah 107,92 km2 dan kepadatan Penduduk 101 jiwa per km2. Dari 7 desa di Kecamatan Lasalepa desa Labunti memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi, yakni 324 jiwa per km2, sedangkan desa dengan kepadatan penduduk terendah adalah desa Kombungo, yaitu 29 jiwa per km2.
Desa | Luas
(km2) |
Jumlah
penduduk (jiwa) |
Kepadatan
Penduduk (km2/jiwa) |
---|---|---|---|
Bangunsari | 23,10 | 1.394 | 60 |
Lasalepa | 7,32 | 1.462 | 199 |
Parida | 5,16 | 1.055 | 204 |
Labunti | 7,52 | 2.435 | 324 |
Bonea | 9,44 | 1.265 | 134 |
Labone | 25,38 | 2,461 | 97 |
Kambungo | 30,00 | 881 | 29 |
Roda | - | - | - |
Jumlah | 107,92 | 10.953 | 101 |
Dalam pelaksanaan pembangunan sosial, pemerintah telah mengupayakan berbagai usaha guna terciptanya kesejahteraan masyarakat dibidang sosial yang lebih baik. Usaha tersebut meliputi kegiatan dibidang pendidikan, kesehatan, keluarga berencana, agama serta sosial lainnya.
Sejalan dengan Garis Besar Haluan Negara, pembangunan di bidang pendidikan di Kecamatan Lasalepa di titikberatkan pada peningkatan mutu dan perluasan wajib belajar disemua jenjang pendidikan Upaya peningkatan mutu pendidikan dimaksudkan untuk menghasikan manusia yang berkualitas tinggi, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan usaha perluasan wajib belajar dimaksudkan agar penduduk usia sekolah dapat memperoleh kesempatan pendidikan yang seluasluasnya.
Desa | TK | SD | SMP/Sederajat | SMA/Sederajat | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Sekolah | Guru | Murid | Sekolah | Guru | Murid | Sekolah | Guru | Murid | Sekolah | Guru | Murid | |
Bangunsari | 1 | 2 | 22 | 1 | 14 | 212 | 1 | 7 | 100 | - | - | - |
Lasalepa | 2 | 2 | 22 | 1 | 13 | 177 | 1 | 21 | 241 | 1 | 16 | 135 |
Parida | 1 | 2 | 20 | 1 | 11 | 173 | - | - | - | - | - | - |
Labunti | 2 | 2 | 23 | 1 | 15 | 217 | - | - | - | - | - | - |
Bonea | 1 | 2 | 19 | 2 | 25 | 277 | 1 | 21 | 353 | - | - | - |
Labone | 1 | 2 | 24 | 1 | 18 | 247 | - | - | - | - | - | - |
Kambungo | 1 | 1 | 22 | 2 | 16 | 195 | - | - | - | - | - | - |
Roda | - | - | - | - | - | - | - | - | - | - | - | - |
Jumlah | 9 | 13 | 152 | 9 | 112 | 1498 | 3 | 49 | 694 | 1 | 16 | 135 |
Data indikator yang dapat mengukur pelaksanaan pembangunan pendidikan disajikan dalam tabel 2. Terlihat bahwa jumlah pendidikan pra sekolah atau Taman Kanak-Kanak sebanyak 9 unit dengan jumlah pengajar sebanyak 13 orang dengan jumlah murid sebanyak 152 orang pada tahun 2016. Untuk sekolah Dasar (SD). Pada Tahun ajaran 2016/2017 jumlah Sekolah Dasar yaitu sebanyak 9 unit dengan jumlah guru sebanyak 112 orang serta jumlah murid sebanyak 1.498 orang. jumlah sekolah, guru, dan murid SMP dan SMU negeri tahun ajaran 2016/2017. Tampak bahwa untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdapat di Desa Bangunsari, Desa Lasalepa, dan Desa Bonea; dan untuk Sekolah Menengah Umum hanya terdapat di Desa Lasalepa. Sementara itu di Desa Kombungo dan desa Labunti terdapat sebuah Madrasa Alia dan Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Pembangunan kesehatan di Kecamatan Lasalepa dilaksanakan sesuai dengan arahan GBHN (Garis Besar Haluan Negara), yaitu dititik beratkan pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat. Demikian pula pelaksanaan program nasional Keluarga Berencana diarahkan untuk menciptakan Norma Keluarga Kecil, Bahagia, dan Sejahtera (NKKBS).
Untuk mencapai sasaran tersebut di atas baik dibidang program keluarga berencana, maka sekarang ini telah dilaksanakan pembangunan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dan keluarga berencana sampai disetiap Desa di Kecamatan Lasalepa. 1 unit Puskesmas terdapat di desa Labone dan 5 unit puskesmas pembantu terdapat di desa bangunsari,lasalepa,labunti,bonea dan kombungo
Pembangunan di bidang Agama dan kepercayaan terhadap tuhan yang Maha Esa di arahakan untuk menciptakan keselarasan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan penciptanya serta manusia dengan alam Sekitarnya. Kegiatan Pembangunan dibidang Agama seperti pembangunan sarana peribadatan di Kecamatan Lasalepa. Pada tahun 2016 jumlah tempat ibadah di Kecamatan Lasalepa berjumlah 11 buah, terdiri dari mesjid 10 buah dan Gereja 1 Buah terdapat di Desa Bangunsari.
Penggunaan tanah di Kecamatan Lasalepa terdiri atas tanah kering dan tidak ada tanah sawa . Penggunaan Tanah kering terdiri dari Pekarangan/lahan untuk bangunan dan halaman sekitarnya, tegal/kebun, Ladang /huma,padang rumput, rawa rawa, yang tidak diusahakan, tambak, kolam/ empang, sementara tidak diusahakan, tanaman kayu-kayuan, hutan Negara, perkebunan dan lainnya. Pada tahun 2016 penggunaan tanah kering yang terluas adalah lahan pekarangan yaitu sebesar 1830 Ha atau 16,96 persen, kemudian hutan Negara dan perkebunan dengan luas masing masing 1650 Ha dan 1410 Ha,atau 15,29 persen dan 13,07 persen sedangkan penggunaan tanah lainnya masih relatif kecil.
Jenis tanaman perkebunan yang diusahan di kecamatan Lasalepa adalah kelapa, jambu mete, Kakao,dan enau salah satu tanaman yang menjadi primadona penduduk Kecamatan Lasalepa adalah Jambu mete pada tahun 2016, luas tanaman jambu mete di kecamatan Lasalepa mencapai 1196,80 hektoare. Produksi tanaman jambu mete tahun 2016 mencapai 122 ton. Produksi tanaman kelapa tahun 2016 berjumlah 25,05 ton turun menjadi 54,58 persen dibanding tahun sebelumnya selanjutnya produksi Kakao tahun 2016 berjumlah 45 ton mengalami kenaikan disbanding tahun 2015 berjumlah 3,12 ton.
Usaha peternakan yang diushan di Kecamatan Lasalepa terdiri dari ternak besar seperti sapi serta ternak kecil antara lain kambing dan unggas terdiri dari ayam buras,ayam potong,ayan ras petelur dan itik/manila. Populasi ternak yang banyak diusahan di Kecamatan Lasalepa adalah sapi dan kambing,sedangkan unggas yang banyak diusahan adalah ayam buras. Tahun 2016 populasi ternak sapi di Kecamatan Lasalepa berjumlah 2745 ekor turun.dibandingkan tahun 2015 sebesar 3420 ekor dan kambing mencapai 251 ekor tahun 2016, naik disbanding tahun 2015 berjumlah 96 ekor .ayam buras tahun 2016 mencapai 161.233 ekor tidak mengalami penurunan.
Kecamatan Lasalepa terletak pada pulau Muna bagian Timur Laut dan penduduknya sebagian berdomisili di daerah pantai yang berusaha di sector perikanan. Jenis perahu/kapal penangkap ikan yang digunakan dalam menangkap ikan adalah perahu tanpa motor dan motor temple sedangkan alat penangkapan ikan yang digunakan adalah jaring, paying,dan lainnya.
Produksi perikanan di kecamatan Lasalepa terdiri dari perikanan tangkap dan budi daya tambak dan rumput laut. Jumlah produksi perikanan tangkap di kecamatan Lasalepa tahun 2016 sebanyak 14,77 ton sedangkan produksi budi daya ikan tambak dan kolam tahun 2016 berjumlah 3,37 ton. Disamping itu juga terdapat budi daya rumput laut dengan jumlah produkdi tahun 2016 sebanyak 6,44 ton.[[2]]
Sebagaimana yang diamanatkan oleh GBHN bahwa pembangunan sector Industri ditujuhkan untuk memperkokoh struktur ekonomi Nasional,menigkatkan daya tahan perekonomin Nasional.memperluas lapangan kerja dan kesempatan usaha,sekaligus mendorong berkembangnya kegiatan di berbagai sector pembangunan lainnya. Sejalan dengan itu maka pemerintah memberikan kesempatan seluas luasnya kepada masyarakat untuk membuka berbagai kegiatan dam bidang industri. Tercatat sebanyak 503 usaha industri kecil dan usaha industri rumah tangga dan tenaga kerja sebanyak 1803 orang,di Kecamatan Lasalepa pada tahun 2016 industri kecil berjumlah 20 usaha dan tenaga kerja sebanyak 90 orang, industry rumah tangga sebanyak 474 usaha dengan tenaga kerja sebanyak 994 orang.
Kecamatan Lasalepa memiliki potensi usaha penggalian yang di cakup baik untuk dikembangkan. Usaha penggalian pada tahun 2016 terdiri 2 jenis usaha penggalian yaitu penggalian Batu bahan bangunan dengan jumlah usaha sebanyak 119 usaha dengan jumlah tenaga kerja 514 orang.
Kecamatan Lasalepa memiliki beberapa objek wisata seperti Permandian Topa yang terletak di desa Labone. Letak Permandian Topa sekitar 15 km dari pusat Kota Raha.[[3]]
Gua Liagari yang terletak di desa Parida Letak gua berada pada jalur provinsi Raha-Tampo dengan jarak tempuh dari kota Raha ke desa Parida ± 10 menit dengan kecepatan rata rata 40 km/jam.[[4]] dan juga wisata manggrove yang belum terkelola dengan baik.
Napabalano adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia.
Secara astronomis, Kecamatan Napabalano terletak di bagian Utara pulau Muna. Secara geografis, Napabalano terletak di bagian Utara garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan di antara 5.00° – 6.25° Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur diantara 123.34° - 124.64° Bujur Timur.
Batas wilayah administrasi Kecamatan Napabalano sebagai berikut:
Luas daratan Kecamatan Napabalano yaitu sekitar 105,47 km2 yang terletak di bagian Utara Pulau Muna. Kecamatan Napabalano terdiri atas 4 desa dan 2 kelurahan yaitu Lambiku, Pentiro, Napabalano, Tampo, Langkumapo dan Napalakura.
Kecamatan Napabalano pada umumnya beriklim tropis dengan suhu rata-rata antara 25 °C – 27 °C. Seperti halnya daerah lain di Kabupaten Muna, pada bulan November sampai Juni angin bertiup dari benua asia dan samudera pasifik mengandung banyak uap air yang menyebabkan terjadinya hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Kecamatan Napabalano.
Sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan juli dan oktober, dimana pada bulan ini angin bertiup dari benua Australia yang sifatnya kering dan sedikit mengandung uap air. Seperti halnya daerah Sulawesi Tenggara pada umumnya, di Kecamatan Napabalano angin bertiup dengan arah yang tidak menentu, yang mengakibatkan curah hujan yang tidak menentu pula, dan keadaan ini dikenal sebagai musim pancaroba.
Berdasarkan hasil Proyeksi Badan Pusat Statistik Tahun 2019 penduduk Kecamatan Napabalano mencapai 12.117 jiwa, terdiri dari 5.962 jiwa laki-laki dan 6.155 jiwa perempuan, mengalami kenaikan 146 jiwa, terdiri dari 70 jiwa laki-laki, dan 76 jiwa perempuan.
Wilayah Kecamatan Napabalano dengan luas 105,47 km2 , memiliki tingkat kepadatan penduduk sebesar 114 jiwa per km2. dengan rasio perjenis kelamin 96,86% berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan memiliki 97 orang penduduk laki – laki.
Persebaran penduduk di Kecamatan Napabalano sebagaimana berdasarkan hasil Proyeksi BPS Tahun 2019 berjumlah 12.117 jiwa tersebar di 4 Desa dan 2 Kelurahan, dengan jumlah penduduk terbesar berada di Kelurahan Napabalano sebanyak 4.586 jiwa dengan persentase 37,85% dan jumlah penduduk terkecil berada di Desa Pentiro dengan penduduk sebanyak 574 jiwa dengan persentase 4,74%.
Berikut Luas wilayah, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk :
Data indikator yang dapat mengukur pelaksanaan pembangunan pendidikan meliputi jumlah TK, Sekolah Dasar, Sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Tampak bahwa dalam tahun 2018/2019 jumlah sekolah TK adalah sebanyak 6 buah dengan jumlah guru 18 dan murid adalah 165 murid dengan rasio 9 murid per guru.
Kemudian jumlah sekolah dasar negeri sederajat pada tahun 2018/2019 sebanyak 8 unit, jumlah guru sebanyak 103 serta 1.685 murid.
Pada tingkatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) jumlah SLTP negeri sederajat tahun 2018/2018 sebanyak 3 unit dengan jumlah guru sebanyak 49 serta murid sebanyak 764 orang dengan rasio 15 murid per guru.
Sedangkan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 4 unit dengan Jumlah guru sebanyak 82 serta 1.205 murid dengan rasio 15 murid per guru.
Pembangunan bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan murah. Pembangunan kesehatan harus selalu dilakukan mengingat jumlah penduduk yang selalu bertambah dari tahun ke tahun.
Upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat dan status kesehatan penduduk dilakukan antara lain dengan meningkatkan fasilitas dan sarana kesehatan. Kecamatan ‘’’Napabalano’’’ memilki 1 unit puskesmas, 3 unit puskesmas terpadu (Pustu) dan 1 unit Poskedes.
Pembangunan di bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa diarahkan untuk menciptakan keselarasan hubungan antar manusia dengan manusia, manusia dengan penciptanya serta dengan alam sekitarnya.
Indikator pembangunan bidang agama, digambarkan dengan pembangunan sarana peribadatan, pembinaan umat beragama, dan berbagai kegiatan keagamaan di ‘’’Napabalano’’’. Terdapat 11 unit Masjid yang menjadi pusat peribadatan masyarakat.
Komoditi Jagung dan Ubi Kayu merupakan komoditi unggulan untuk pertanian palawija Di Kecamatan Napabalano. Adapun luas panen dan produksi Jagung di kematan Napabalano adalah 797 Ha dan 2.472,21 Ton. Luas panen dan produksi ubi kayu adalah 192 Ha dan 2.349 Ton.
Jenis tanaman perkebunan yang disajikan terdiri dari beberapa jenis tanaman perkebunan yaitu : kelapa,, kapuk, jambu mete, kopi, enau dan kakao.
Tanaman perkebunan yang paling banyak diusahakan adalah jambu mete dengan luas panen 1.107,3 hektar dan produksi sebesar 2.504 ton, dan yang paling sedikit adalah tanaman kopi dengan luas 2 hektar.
Jenis ternak yang dikembangkan di Kecamatan Napabalano terdiri dari ternak besar, kecil dan unggas. Ternak besar terdiri dari sapi dan kerbau. Sedangkan ternak kecil adalah kambing dan unggas. Populasi ternak besar, Sapi sebanyak 5.038 ekor dan Kerbau 37 ekor. Ternak kecil , kambing sebanyak 571 ekor dan unggas sebanyak 66.499 ekor.
Data kegiatan perikanan di Kecamatan Napabalano selama tahun 2018 hanya berupa perikanan laut atau ikan tangkap. Produksi ikan laut tercatat sebanyak 1,720.02 ton ikan.
Perusahaan Air Bersih adalah perusahaan yang mempunyai aktivitas dalam penampungan, penjernihan, dan penyaluran air baku atau air bersih dari terminal air melalui saluran air, pipa Berbijak dari amanat tersebut maka pemerintah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk membuka berbagai macam kegiatan dalam bidang industri.
Penyajian data dibidang industri ini meliputi Industri Besar/Sedang dan Industri Kecil . Pada tahun 2018 industri besar/sedang terdapat 1 unit yang berada di Kel. Napabalano , sedangkan untuk industri kecil pada tahun 2018 terdapat 2 unit usaha dengan total jumlah tenaga kerja mencapai 10 Orang.
Untuk sektor industri kerajinan rumah tangga terdapat sebanyak 394 unit usaha dengan tenaga kerja sebanyak 477 orang. Industri rumah tangga yg paling banyak terdapat di Kelurahan Napabalano yakni sebanyak 142 Industri rumah tangga dengan tenaga kerja sebanyak 147 orang.
Kegiatan pertambangan dan penggalian di Kecamatan Napabalano adalah kegiatan pengumpulan batu gunung dan pasir Pada Tahun 2018 Penggalian Batu gunung terdapat di Kelurahan Tampo Sedang penggalian pasir terdapat di Kelurahan Tampo, Desa Lambiku dan Desa Napalakura
Tongkuno adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Daftar Desa/Kelurahan di kecamatan Tongkuno
Secara astronomis, Kecamatan Tongkuno terletak di bagian Selatan Pulau Muna. Secara geografis, Tongkuno terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan di antara 4.49° – 4.50° Lintang Selatan dan membentang dari barat ke timur diantara 122.42° - 122.43° Bujur Timur. Batas wilayah administrasi Kecamatan Tongkuno sebagai berikut:
Penduduk Kecamatan Tongkuno berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2018 sebanyak Tongkuno jiwa yang terdiri atas Tongkuno jiwa penduduk laki-laki dan Tongkuno jiwa penduduk perempuan dengan jumlah rumah tangga sebanyak Tongkuno rumah tangga. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2018 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar Tongkuno.
Kepadatan penduduk di Kecamatan Tongkuno tahun 2018 mencapai 16.214 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga adalah 3.745 orang. Kepadatan Penduduk di kecamatan Tongkuno cukup beragam. Kepadatan penduduk tertinggi adalah kelurahan Tombula dengan kepadatan sebesar 1.420 jiwa/km2 dan terendah di desa Tongkuno sebesar Kontumolepe 7 jiwa/km2.
Desa/Kelurahan | Luas Wilayah
Area (km2) |
Penduduk
(jiwa) |
Kepadatan | Persebaran
% |
---|---|---|---|---|
Lakologou | 14,11 | 1.734 | 123 | |
Kontumolepe | 5,69 | 1.250 | 219 | |
Lamorende | 5,72 | 1.832 | 320 | |
Tombula | 1,47 | 2.088 | 1.420 | |
Fongkaniwa | 23,87 | 613 | 26 | |
Danagoa | 120,06 | 1.745 | 14 | |
Lahontohe | 80 | 567 | 7 | |
Matano Oe | 13,59 | 407 | 42 | |
Oempu | 12,62 | 2.811 | 223 | |
Lapadindi | 21,23 | 701 | 33 | |
Tanjung | 9,62 | 407 | 42 | |
UPT. Wuna | 133 | 1.571 | 12 | |
Tongkuno | 440,98 | 16.214 | 37 |
Pelaksanaan pembangunan pendidikan di kecamatan Tongkuno terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satu indikator yang dapat mengukur tingkat perkembangan pembangunan pendidikan di kecamatan Tongkuno adalah banyaknya sekolah, guru dan murid.
Jumlah fasilitas pendidikan di kecamatan Tongkuno sebanyak 44 unit yang terdiri dari 14 unit TK sederajat, 18 unit SD sederajat, 8 unit SMP sederajat, dan 4 unit SMA sederajat.
Salah satu indikator untuk mengukur perkembangan kesehatan di kecamatan Tongkuno adalah ketersediaan infrastruktur kesehatan hingga ke desa-desa. Jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Tongkuno hingga tahun 2018 yaitu 22 unit, yang terdiri dari 2 unit puskesmas, 13 unit posyandu, dan 7 unit polindes.
Tenaga medis yang ada di Kecamatan Tongkuno yaitu 2 orang Dokter umum, 10 orang bidan, 10 orang perawat, 3 tenaga farmasi, dan 68 tenaga kesehatan lainnya.
Perkembangan keagamaan di kecamatan Tongkuno juga dapat dilihat dari ketersediaan saranan peribadatan. Pada tahun 2018 jumlah tempat peribadatan di kecamatan Tongkuno berjumlah 16 unit, terdiri dari 13 unit mesjid dan 3 unit mushola.
Penggunaan lahan di kecamatan Tongkuno digunakan untuk perumahan dan pekarangan. Luas lahan sawah tahun 2018 mencapai 70 ha yang terdiri dari 7 ha sawah irigasi dan 63 hektar sawah non irigasi.
Tanaman pangan yang diusahakan di kecamatan Tongkuno yang utama yaitu; padi sawah, jagung, kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar.
Ragam tanaman hortikultura yang diusahakan di kecamatan Tongkuno cukup bervariasi. Untuk tanaman sayuran terdapat cabai rawit, kacang panjang, kangkung, petsai/sawi, cabai besar, bawang daun, tomat, terung, ketimun, dan lainnya.
Tanaman menghasilkan produksi yang paling besar adalah kacang panjang, dan kangkung. Tanaman buah-buahan seperti, jeruk siam, pisang, pepaya, dan rambutan menjadi komoditas utama di kecamatan Tongkuno.
Jambu mete menjadi komoditi perkebunan yang paling banyak diusahakan di kecamatan Tongkuno. Tahun 2018 luas tanam jambu mete mencapai 4.680 hektar. Selain itu, terdapat tanaman kelapa, cokelat dengan luas tanam masing-masing sebesar 394,29 hektar, dan 132,10 hektar.
Pembangunan dibidang industri ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja, meratakan kesempatan berusaha, meningkatkan ekspor, menunjang pembangunan daerah, serta memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Di Kecamatan Tongkuno tahun 2018 tercatat ada 840 usaha dan menyerap tenaga kerja sebanyak 1.668. Jumlah industri terbanyak terdapat di desa Walengkabola berjumlah 102 industri .
Kebutuhan listrik rumah tangga di kecamatan Tongkuno sebagian besar diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Jumlah rumah tangga pengguna listrik di Kecamatan Tongkuno tahun 2018 yaitu sebanyak 3.435 rumah tangga. Listrik Non PLN sebanyak 62 rumah tangga dan belum tersaluri listrik sebanyak 248 rumah tangga.
Pemenuhan kebutuhan air bersih di Kecamatan Tongkuno sebagian besar diperoleh dari air Sumur, Sumur Bor, Air isi ulang dan melalui mata air alam.
Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang mampu menggerakkan perekonomian suatu wilayah. Kecamatan Tongkuno terletak di wilayah kepulauaan sehingga transaksi yang terjadi sebagian merupakan perdagangan antar pulau.
Salah satu indikator menilai perkembangan perdagangan adalah ketersediaan sarana perdagangan mandiri. Hingga tahun 2018, di kecamatan Tongkuno terdapat 3 unit pasar permanen/ tidak permanen, 20 unit toko, 409 unit rumah makan, dan 411 unit toko kelontong. [[1]]
ongkuno Selatan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kecamatan Tongkuno Selatan terdiri atas 6 Desa/Kelurahan, yaitu Kelurahan Katumpu, Desa Labasa, Desa Lianosa, Desa Oe Waungka, Desa Kulidawa dan Desa Wale-ale.
Secara astronomis, Kecamatan Tongkuno Selatan terletak di bagian Selatan Pulau Muna. Secara geografis, Tongkuno Selatan terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan di antara 4.490 – 4.500 Lintang Selatan dan membentang dari barat ke timur diantara 122.42°- 122.43° Bujur Timur.
Batas wilayah administrasi Kecamatan Tongkuno Selatan sebagai berikut:
Secara administratif, Kecamatan Tongkuno Selatan terdiri dari 6 Desa. Dari jumlah desa yang ada, yang memiliki wilayah terluas adalah Desa Oe Waungka dengan luas 14,11 Km2 (24,64 %), sedangkan Desa yang memiliki Wilayah terkecil adalah desa Katumpu dengan luas 0,55 Km2 (8,44 %) dari luas Kecamatan Tongkuno Selatan yaitu 57,26 Km2.
Kabupaten Muna mempunyai iklim tropis seperti sebagian besar daerah di Indonesia, dengan suhu rata-rata sekitar 26 °C–30 °C. Demikian juga dengan musim, Kabupaten Muna mengalami dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Pada umumnya musim hujan terjadi pada bulan Desember sampai Juni dimana angin yang mengandung banyak uap air bertiup dari Benua Asia dan Samudra Pasifik sehingga menyebabkan hujan. Sedangkan musim kemarau terjadi antara Juli sampai November, pada bulan ini angin bertiup dari Benua Australia yang sifatnya kering dan mengandung uap air.
Secara rata-rata, banyaknya hari hujan tiap bulan pada tahun 2018 adalah 14 hari dengan rata-rata curah hujan 214,8 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 477,0 mm dengan jumlah hari hujan sebesar 16 hari hujan.
Kecamatan Tongkuno Selatan terdiri dari 6 desa. Desa di kecamatan Tongkuno Selatan yaitu Kulidawa, Waale ale, Labasa, Katumpu, Oe Waungka dan Lianosa.
Dalam membantu menjalankan pemerintahan, aparat desa dibantu oleh kepala dusun dan kepala RT. Rerata 1 dusun terdiri dari dari 2 RT. Jumlah dusun di kecamatan Tongkuno Selatan sebanyak 13 dusun. Sedangkan jumlah RT mencapai 13 RT.
Penduduk Kecamatan Tongkuno Selatan berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2018 sebanyak 5.945 jiwa yang terdiri atas 2.769 jiwa penduduk laki-laki dan 3.176 jiwa penduduk perempuan dengan jumlah rumah tangga sebanyak 1.404 rumah tangga. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2018 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 87.
Pelaksanaan pembangunan pendidikan di kecamatan Tongkuno Selatan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satu indikator yang dapat mengukur tingkat perkembangan pembangunan pendidikan di kecamatan Tongkuno Selatan adalah banyaknya sekolah, guru dan murid. Jumlah fasilitas pendidikan di kecamatan Tongkuno Selatan sebanyak 17 unit yang terdiri dari 8 unit TK sederajat, 6 unit SD sederajat, 2 unit SMP sederajat, dan 1 unit SMA sederajat.
Salah satu indicator untuk mengukur perkembangan kesehatan di kecamatan Tongkuno Selatan adalah ketersediaan infrastruktur kesehatan hingga ke desa-desa. Jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Tongkuno Selatan hingga tahun 2018 yaitu 3 unit, yang terdiri dari 1 unit puskesmas, 1 unit poskesdes, Tongkuno Selatan unit posyandu, 2 unit klinik/balai kesehatan, dan 24 unit polindes.
Tenaga medis yang ada di Kecamatan Tongkuno Selatan yaitu 2 orang Dokter umum, 8 orang bidan, 5 orang perawat, dan 5 tenaga kesehatan lainnya. Perkembangan keagamaan di kecamatan Tongkuno Selatan juga dapat dilihat dari ketersediaan saranan peribadatan. Pada tahun 2018 jumlah tempat peribadatan di kecamatan Tongkuno Selatan berjumlah 7 unit, terdiri dari 5 unit mesjid, dan 2 unit gereja.
Penggunaan lahan di kecamatan Tongkuno Selatan digunakan untuk perumahan dan pekarangan. Luas lahan jagung tahun 2018 mencapai 270 ha. Tanaman pangan yang diusahakan di kecamatan Tongkuno Selatan yang utama yaitu; kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar.
Jambu mete dan Kakao menjadi komoditi perkebunan yang paling banyak diusahakan di kecamatan Tongkuno Selatan. Tahun 2018 luas panen jambu mete dan kakao mencapai 1.964 hektar dan 1.885 hektar. Selain itu, terdapat tanaman kelapa, kopi, enau dan kapuk dengan luas tanam masing-masing sebesar 418,68 hektar, 5 hektar, 5 hektar dan 22 hektar.
Produksi peternakan di kecamatan Tongkuno Selatan terdiri dari Sapi, Kambing dan Kuda. Pada tahun 2018 produksi peternakan mencapai 3.649 ekor. Produksi peternakan di kecamatan Tongkuno Selatan sebagian besar didominasi oleh sapi.
Pembangunan dibidang industri ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja, meratakan kesempatan berusaha, meningkatkan ekspor, menunjang pembangunan daerah, serta memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Di Kecamatan Tongkuno Selatan tahun 2018 tercatat ada 329 usaha dan menyerap tenaga kerja sebanyak 611 orang . Jumlah industri terbanyak terdapat di desa Lianosa berjumlah 119 industri .
Kebutuhan listrik rumah tangga di kecamatan Tongkuno Selatan sebagian besar diperoleh dari PLN. Jumlah rumah tangga pengguna listrik di Kecamatan Tongkuno Selatan tahun 2018 yaitu sebanyak 1.401 rumah tangga.
Pemenuhan kebutuhan air bersih di Kecamatan Tongkuno Selatan sebagian besar diperoleh dari air sumur dan galon isi ulang. Pada tahun 2018, jumlah pengguna sumur sebanyak 1.013.
Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang mampu menggerakkan perekonomian suatu wilayah. Kecamatan Tongkuno Selatan terletak di wilayah kepulauaan sehingga transaksi yang terjadi sebagian merupakan perdagangan antar pulau.
Salah satu indikator menilai perkembangan perdagangan adalah ketersediaan sarana perdagangan mandiri. Hingga tahun 2018, di kecamatan Tongkuno Selatan terdapat 2 unit pasar tidak permanen, 409 unit kedai makan dan minuman, dan 192 unit toko kelontong.[[1]]
Batukara adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia.[[1]]
Secara astronomis, Kecamatan Batukara terletak di bagian Selatan Pulau Muna. Secara geografis, Batukara terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan di antara 4.450 – 4.530 Lintang Selatan dan membentang dari barat ke timur diantara 122.48° - 122.56° Bujur Timur.
Batas wilayah administrasi Kecamatan Batukara sebagai berikut :
Secara administratif, Kecamatan Batukara terdiri dari 4 Desa. Dari jumlah Desa yang ada, yang memiliki wilayah terluas adalah Desa Moolo dengan luas 25,64 Km2 (36,95%), sedangkan Desa yang memiliki Wilayah terkecil adalah Desa Baluara dengan luas 9,86 Km2 (14,21 % ) dari luas Kecamatan Batukara.
Kecamatan Batukara pada umumnya beriklim tropis dengan suhu rata-rata antara 25,8 °C – 28,3 °C. Secara rata-rata, banyaknya hari hujan tiap bulan pada tahun 2018 adalah 14 hari dengan rata-rata curah hujan 168,68 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 335,9 mm dengan jumlah hari hujan sebesar 22 hari hujan.
Untuk menjalanakan fungsi Pemerintahan. Administrasi Pemerintahan di Kecamatan Batukara di bagi menjadi beberapa wilayah administrasi Desa. Di mana Tiap Desa ini masing-masing dipimpin oleh kepala Desa. Selain itu pula, di level bawah, administrasi di tiap Desa dibagi menjadi Rukun Tetangga dan juga Lingkungan/dusun. Pada tahun 2018 terdapat 8 dusun/lingkungan dan terdapat 8 RT.
Berikut daftar desa di kecamatan batukara :
Penduduk Kecamatan Batukara telah mencapai 2.533 jiwa pada tahun 2018 yang terdiri dari 1.215 jiwa laki–laki dan 1.318 jiwa perempuan dengan rumah tangga sebesar 581 rumah tangga. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2018 penduduk laki laki terhadap penduduk perempuan adalah sebesar 92.
Kepadatan penduduk di kecamatan Batukara tahun 2018 mencapai 37 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga 4 orang. Kepadatan penduduk di 4 desa cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di desa Baluara dengan kepadatan sebesar 59 jiwa/km2.
Berikut Jumlah penduduk berdasarkan desa di kecamatan batukara :
Pelaksanaan pembangunan pendidikan di Kecamatan Batukara selama ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Indikator yang dapat diukur dari beberapa variabel seperti banyaknya sekolah, guru dan murid.
Berdasarkan PP no 74 tahun 2008, bahwa secara nasional standar maksimal rasio murid guru pada tingkat SD, SMP, dan SMA adalah 1:20. Sedangkan berdasarkan Permendiknas No. 41 tahun 2007 standar minimal rasio murid guru pada tingkat SD, SMP, dan SMA adalah berturut-turut 1:28, 1:32, 1:32.
Berdasarkan 2 kriteria tersebut, maka rasio murid guru SD di Kecamatan Batukara sudah memenuhi standar maksimum yang disyaratkan pemerintah. Rasio murid guru SD di Kecamatan Batukara tahun 2018 sebesar 1:12.
Secara umum, di Kecamatan Batukara sekitar 528 balita telah memperoleh imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari imunisasi BCG, DPT, Hb, Polio dan Campak pada tahun 2018.
jenis penggunaan lahan di Kecamatan Batukara antara lain pekarangan / lahan untuk bangunan dan halaman sekitarnya, kebun, ladang, tambak, tanaman kayu – kayuan rakyat, hutan negara, perkebunan dan lain – lain.
Pembangunan di bidang industri ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja, meratakan kesempatan berusaha, meningkatkan ekspor, menunjang pembangunan daerah, serta memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Berpijak dari amanat tersebut maka pemerintah daerah Kabupaten Muna memberikan kesempatan seluasluasnya kepada masyarakat untuk membuka berbagai macam kegiatan dalam bidang industri. Termasuk pula pemerintahan Kecamatan Batukara.
Tahun 2018 di Kecamatan Batukara tercatat sekitar sebanyak 98 industri rumah tangga. Industri Makanan/Minuman masih merupakan industri dominan yang ada di Kecamatan Batukara yakni sebanyak 40 usaha industri dengan total tenaga kerja sebanyak 40 orang.
Di Kecamatan Batukara keseluruhan sumber energy listrik yang utama berasal dari listrik PLN. Yakni sebanyak 574 rumah tempat tinggal menggunakan listrik PLN sebagai sumber energi utama.
Pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap kebutuhan air bersih yang berdomisili di ibukota Kabupaten Muna sebagian besar dilayani oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sedangkan bagi masyarakat yang berdomisili di daerah pedesaan umumnya menggunakan air dari sumur, mata air dan air hujan. Untuk itu kegiatan pembangunan air bersih dewasa ini diarahkan pada peningkatan kapasitas dan perluasan jaringan air minum dengan maksimal agar dapat menjangkau masyarakat pedesaan.
Sampai dengan tahun 2018, PDAM belum mampu menyediakan sarana sumber air bagi masyarakat Batukara. Sekitar 541 rumah tangga di Kecamatan Batukara menggunakan mata air Sebagai sumber air minum utamanya. Sisanya sebanyak 33 rumah tangga menggunakan sumur sebagai sumber air minum utama.
Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang mampu menggerakkan perekonomian suatu wilayah. Kecamatan Batukara merupakan daerah kepulauan sehingga transaksi yang terjadi sebagian merupakan perdagangan antar pulau Untuk aktivitas jual beli, pasar menjadi tempat dimana aktivitas jual beli terbesar terjadi di Kecamatan Batukara. Di mana sampai dangan tahun 2018 terdapat 4 pasar yang terletak hanya di masing-masing Desa.
Tahun 2018 di Kecamatan Batukara terdapat 65 pedagang eceran yang menjual hasil dagangannya langsung ke konsumen akhir. Terdapat sekitar 65 kios.
Ketersediaan sarana transportasi publik dan pribadi dapat memperlancar kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Moda transportasi yang digunakan di Desa pada kecamatan Batukara bisa berupa moda transportasi darat maupun laut. Namun karena keterbatasan data maka yang disajikan pada bagian ini hanya alat transportasi darat. Angkutan darat Terdiri dari kendaraan kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Jumlah kendaraan bermotor di Kecamatan Batukara dari tahun ke tahun senantiasa mengalami peningkatan.
Pada tahun 2018 jumlah kendaraan di Kecamatan Batukara yaitu truk sebanyak 5 unit, pick up 2 unit, dan 6 ojek.
Bone adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia.
Secara astronomis, Kecamatan Bone terletak di bagian Selatan Pulau Muna. Secara geografis, Bone terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan di antara 4.490 – 4.500 Lintang Selatan dan membentang dari barat ke timur diantara 122.420 - 122.430 Bujur Timur.
Batas wilayah administrasi Kecamatan Bone sebagai berikut: a) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Parigi. b) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tongkuno Selatan . c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Buton Tengah. d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Marobo.
Secara administratif, Kecamatan Bone terdiri dari 5 Desa :
Kecamatan Bone merupakan kecamatan yang berada di bawah administrasi pemerintahan Kabupaten Muna Ibukota Kecamatan Bone adalah Bone Tondo yang merupakan pusat pemerintahan kecamatan Bone.
Kecamatan Bone terdiri dari 5 desa yaitu Bone Tondo ,Bone Lolibu, Bone Kacintala, Oelongko, Matombura. Dalam membantu menjalankan pemerintahan, aparat desa dibantu oleh kepala dusun dan kepala RT. Ratarata 1 dusun terdiri dari dari 3 RT. Jumlah dusun di kecamatan Bone sebanyak 10 dusun. Sedangkan jumlah RT mencapai 18 RT.
Penduduk Kecamatan Bone berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2018 sebanyak 5.792 jiwa yang terdiri atas 2.757 jiwa penduduk laki-laki dan 3.075 jiwa penduduk perempuan dengan jumlah rumah tangga sebanyak 1.317 rumah tangga.
Desa/Kelurahan | Luas Wilayah
Area (km2) |
Penduduk
(jiwa) |
Kepadatan |
---|---|---|---|
Bone Tondo | 63,91 | 1.017 | 15 |
Bone Lolibu | 11,34 | 864 | 76 |
Bone Kacintala | 26,19 | 1.329 | 50 |
Oelongko | 11,05 | 1.654 | 149 |
Matombura | 17,67 | 928 | 52 |
Bone | 130,16 | 5.792 | 342 |
Kepadatan penduduk di Kecamatan Bone tahun 2018 mencapai 342 jiwa/km2. Kepadatan Penduduk di kecamatan Bone cukup beragam. Kepadatan penduduk tertinggi adalah desa Oleongko dengan kepadatan sebesar 149 jiwa/km2 dan terendah di desa Bone Tondo sebesar 15 jiwa/km2 [[1]]
Pelaksanaan pembangunan pendidikan di kecamatan Bone terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satu indikator yang dapat mengukur tingkat perkembangan pembangunan pendidikan di kecamatan Bone adalah banyaknya sekolah, guru dan murid.
Jumlah fasilitas pendidikan di kecamatan Bone sebanyak 13 unit yang terdiri dari 3 unit TK sederajat, 7 unit SD sederajat, 2 unit SMP sederajat, dan 1 unit SMA sederajat.
Salah satu indicator untuk mengukur perkembangan kesehatan di kecamatan Bone adalah ketersediaan infrastruktur kesehatan hingga ke desa-desa.
Jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Bone hingga tahun 2018 yaitu 2 unit, yang terdiri dari 1 unit puskesmas dan 1 unit pustu.
Tenaga medis yang ada di Kecamatan Bone yaitu 6 orang perawat, 7 0rang Bidan, dan 11 tenaga kesehatan lainnya.
Perkembangan keagamaan di kecamatan Bone juga dapat dilihat dari ketersediaan saranan peribadatan. Pada tahun 2018 jumlah tempat peribadatan di kecamatan Bone berjumlah 8 unit, terdiri dari 8 unit mesjid.
Penggunaan lahan di kecamatan Bone digunakan untuk perumahan dan pekarangan. Luas lahan sawah tahun 2018 mencapai 13.009 ha. Tanaman pangan yang diusahakan di kecamatan Bone yang utama yaitu; padi sawah, jagung, kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar.
Ragam tanaman hortikultura yang diusahakan di di kecamatan Bone cukup bervariasi. Untuk tanaman sayuran terdapat cabai rawit, kacang panjang, kangkung, cabai besar, bawang daun, tomat, terung, ketimun, dan lainnya. Tanaman menghasilkan produksi yang paling besar adalah kacang panjang, dan kangkung.
Tanaman buah-buahan seperti, jeruk siam, pisang, pepaya, dan rambutan menjadi komoditas utama di kecamatan Bone.
Jagung menjadi komoditi perkebunan yang paling banyak diusahakan di kecamatan Bone. Tahun 2018 luas tanam jagung mencapai 709 hektar. Selain itu, terdapat tanaman kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar dengan luas tanam masing-masing sebesar 194 hektar, 29 hektar dan 3 hektar.
Duruka adalah sebuah kecamatan di Kota Raha, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kecamatan ini terdiri atas 2 kelurahan dan 5 desa, sebagai berikut:
Secara astronomis, Kecamatan Duruka terletak di bagian Selatan Pulau Muna. Secara geografis, Duruka terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan di antara 4.830 – 4.870 Lintang Selatan dan membentang dari barat ke timur diantara 122.710 - 122.770 Bujur Timur. Batas wilayah administrasi Kecamatan Duruka sebagai berikut:
Secara administratif, Kecamatan Duruka terdiri dari 8 kelurahan. Dari jumlah kelurahan yang ada, yang memiliki wilayah terluas adalah Desa Banggai dengan luas 2,65 Km2 (23 %), sedangkan Desa/Kelurahan yang memiliki Wilayah terkecil adalah desa Ghonebhalano dan Kelurahan Palangga dengan luas 1,00 Km2 (8,68 %) dari luas Kecamatan Duruka.
Kabupaten Muna mempunyai iklim tropis seperti sebagian besar daerah di Indonesia, dengan suhu rata-rata sekitar 25 °C–31 °C. Demikian juga dengan musim, Kabupaten Muna mengalami dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Pada umumnya musim hujan terjadi pada bulan Desember sampai Juni dimana angin yang mengandung banyak uap air bertiup dari Benua Asia dan Samudra Pasifik sehingga menyebabkan hujan. Sedangkan musim kemarau terjadi antara Juli sampai November, pada bulan ini angin bertiup dari Benua Australia yang sifatnya kering dan mengandung uap air.
Secara rata-rata, banyaknya hari hujan tiap bulan pada tahun 2018 adalah 13 hari dengan rata-rata curah hujan 201,9 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November sebesar 792,0 mm dengan jumlah hari hujan sebesar 18 hari hujan.
Kecamatan Duruka merupakan kecamatan yang berada di bawah administrasi pemerintahan Kabupaten Muna. Ibukota Kecamatan Duruka adalah Wapunto yang merupakan pusat pemerintahan kecamatan Duruka.
Kecamatan Duruka terdiri dari 5 desa dan 2 kelurahan. Kelurahan di kecamatan Duruka yaitu Palangga dan Wapunto. Desa di kecamatan Duruka yaitu Banggai, Lasunapa, Ghonsume, Ghonebhalano dan Lagasa. Dalam membantu menjalankan pemerintahan, aparat desa dibantu oleh kepala dusun dan kepala RT. Rata-rata 1 dusun terdiri dari dari 2 RT. Jumlah dusun di kecamatan Duruka sebanyak 26 dusun. Sedangkan jumlah RT mencapai 45 RT.
Penduduk Kecamatan Duruka berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2018 sebanyak 12.563 jiwa yang terdiri atas 6.110 jiwa penduduk laki-laki dan 6.453 jiwa penduduk perempuan dengan jumlah rumah tangga sebanyak 2.815 rumah tangga. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2018 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 95.
Kepadatan penduduk di Kecamatan Duruka tahun 2018 mencapai 1.091 jiwa/ km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga adalah 4 orang. Kepadatan Penduduk di kecamatan Duruka cukup beragam. Kepadatan penduduk tertinggi adalah desa Lagasa dengan kepadatan sebesar 2.648 jiwa/ km2 dan terendah di desa Banggai sebesar 600 jiwa/km2.
Berikut Jumlah Penduduk di Desa/Kelurahan Kecamatan Duruka :
Pelaksanaan pembangunan pendidikan di kecamatan Duruka terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satu indikator yang dapat mengukur tingkat perkembangan pembangunan pendidikan di kecamatan Duruka adalah banyaknya sekolah, guru dan murid.
Jumlah fasilitas pendidikan di kecamatan Duruka sebanyak 30 unit yang terdiri dari 12 unit TK sederajat, 12 unit SD sederajat, 3 unit SMP sederajat, dan 3 unit SMA sederajat.
Salah satu indikator untuk mengukur perkembangan kesehatan di kecamatan Duruka adalah ketersediaan infrastruktur kesehatan hingga ke desa-desa. Jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Duruka hingga tahun 2018 yaitu 17 unit, yang terdiri dari 1 unit rumah bersalin, 1 unit puskesmas, 1 unit pustu, 13 unit posyandu, 0 unit klinik/balai kesehatan, dan 0 unit polindes.
Tenaga medis yang ada di Kecamatan Duruka yaitu 1 orang Dokter umum, 9 orang bidan, 15 orang perawat, dan 24 tenaga kesehatan lainnya. Perkembangan keagamaan di kecamatan Duruka juga dapat dilihat dari ketersediaan saranan peribadatan. Pada tahun 2018 jumlah tempat peribadatan di kecamatan Duruka berjumlah 16 unit, terdiri dari 15 unit mesjid dan 1 unit mushola.
Penggunaan lahan di kecamatan Duruka digunakan untuk perumahan dan pekarangan. Luas lahan sawah tahun 2018 mencapai Durukaha yang terdiri dari Durukaha sawah irigasi dan Duruka hektar sawah non irigasi.
Tanaman pangan yang diusahakan di kecamatan Duruka yang utama yaitu; padi sawah, jagung, kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar. Ragam tanaman hortikultura yang diusahakan di di kecamatan Duruka cukup bervariasi.
Untuk tanaman sayuran terdapat cabai rawit, kacang panjang, kangkung, petsai/sawi, cabai besar, bawang daun, tomat, terung, ketimun, dan lainnya. Tanaman menghasilkan produksi yang paling besar adalah kacang panjang, dan kangkung. Tanaman buah-buahan seperti, jeruksiam, pisang, pepaya, dan rambutan menjadi komoditas utama di kecamatan Duruka.
Jambu mete menjadi komoditi perkebunan yang paling banyak diusahakan di kecamatan Duruka. Tahun 2018 luas tanam jambu mete mencapai 292 hektar. Selain itu, terdapat tanaman kelapa, cokelat dengan luas tanam masing-masing sebesar 21 hektar,dan 19.75 hektar.
Produksi perikanan di kecamatan Duruka terdiri dari perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Pada tahun 2018 produksi perikanan tangkap mencapai 5100.24 ton. Produksi perikanan di kecamatan Duruka sebagian besar didominasi oleh perikanan laut.
Pembangunan dibidang industri ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja, meratakan kesempatan berusaha, meningkatkan ekspor, menunjang pembangunan daerah, serta memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Di Kecamatan Duruka tahun 2018 tercatat ada 217 usaha dan menyerap tenaga kerja sebanyak 321. Jumlah industri terbanyak terdapat di desa Lagasa berjumlah 57 industri .
Kebutuhan listrik rumah tangga di kecamatan Duruka sebagian besar diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Jumlah rumah tangga pengguna listrik di Kecamatan Duruka tahun 2018 yaitu sebanyak 2815 rumah tangga.
Pemenuhan kebutuhan air bersih di Kecamatan Duruka sebagian besar diperoleh dari air sumur. Pada tahun 2018, pelanggan PDAM/bukan PDAM baik menggunakan meteran maupun non meteran sebanyak 1256 pelanggan.
Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang mampu menggerakkan perekonomian suatu wilayah. Kecamatan Duruka terletak di wilayah kepulauan sehingga transaksi yang terjadi sebagian merupakan perdagangan antar pulau.
Salah satu indikator menilai perkembangan perdagangan adalah ketersediaan sarana perdagangan mandiri. Hingga tahun 2018, di kecamatan Duruka terdapat 3 unit pasar permanen/ tidak permanen dan 338 unit toko kelontong.
Mata pencaharian utama penduduk di Kecamatan ini kebanyakan sebagai pedagang dan buruh lepas. Di kecamatan ini terdapat lokasi pariwisata yang indah, terutama pada desa desa yang terletak di tepi pantai. Diantaranya Pantai Lagili dan Kompleks Permandian Katilombu. [[1]]
Secara astronomis , Kecamatan Kabawo terletak di bagian barat Kabupaten Muna. Kecamatan Kabawo merupakan salah satu kecamatan dari 22 Kecamatan yang ada di Kabupaten Muna. Kecamatan Kabawo yang beribukota di Lasehao memiliki batas –batas wilayah administratif sebagai berikut :
Kecamatan Kabawo terdiri dari 1 kelurahan, 11 desa , yaitu Kelurahan Laimpi , Desa Kawite-wite, Lamanu, Wantiworo, Kasaka, Lamaeo, Kontumere, Kambawuna, Bente, Rangka, Bea dan Suka Maju.[[1]]
Luas wilayah Kecamatan Kabawo sekitar 204,94 Km². Desa terluas saat ini adalah Desa Tanjung Batu (Lamanu) dengan luas 58,13 Km² atau sebesar 28,38 % dari total luas wilayah kecamatan. Desa yang memiliki luas terkeci l adalah Desa Kambawuna dengan luas hanya sebesar 5,54 Km² atau 2,7% dari tota l luas Kecamatan Kabawo. Secara rinci , luas masing – masing desa/kelurahan
Untuk menjalanakan fungsi Pemerintahan, Administrasi Pemerintahan di Kecamatan Kabawo di bagi menjadi beberapa wilayah administrasi desa dan Kelurahan. Dimana tiap desa dan kelurahan ini masing-masing dipimpin oleh kepala desa dan kepala kelurahan. Selain itu pula, di level bawah, administrasi di tiap desa/kelurahan dibagi menjadi Rukun Tetangga dan juga Dusun Lingkungan/dusun.
Kecamatan Kabawo yang beribukota di Lasehao secara administratif memiliki 11 desa dan 1 kelurahan, yang selanjutnya terbagi menjadi 28 dusun/lingkungan, termasuk didalamnya 28 Rukun Tetangga (RT).
Sarana desa/kelurahan tersebut meliputi kantor desa, balai desa, dan sanggar PKK. Terdapat masing-masing 11 kantor lurah/desa dan balai desa yang tersebar pada tiap-tiap desa/kelurahan. Untuk kegiatan PKK, tersedia 3 sanggar PKK yang terletak pada Desa Wantiworo, Desa Kontumere, Dan Kelurahan Laimpi. Lancarnya kegiatan di tiap desa/kelurahan tidak lepas dari peran Pamong Desa.
Jumlah penduduk Kecamatan Kabawo tahun 2016 adalah 13.298 jiwa yang terdiri dari 6.302 jiwa penduduk laki-laki dan 6.996 jiwa penduduk perempuan. Berdasarkan piramida penduduk tampak bahwa jumlah balita perempuan lebih sedikit daripada jumlah balita laki-laki. Penduduk Kecamatan Kabawo tersebar di 11 desa dan 1 Kelurahan yang semuanya adalah Warga Negara Indonesia (WNI). Desa dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Desa Kontumere dengan jumlah penduduk 2.729 jiwa (20,52%)
Kabangka adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kecamatan Kabangka berada di bagian Barat Pulau Muna.[1]
Secara astronomis, Kecamatan Kabangka terletak di bagian Barat Pulau Muna. Secara geografis, Kabangka terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan di antara 4.49° – 4.50° Lintang Selatan dan membentang dari barat ke timur diantara 122.420 - 122.430 Bujur Timur.
Batas wilayah administrasi Kecamatan Kabangka sebagai berikut:
Secara administratif, Kecamatan Kabangka terdiri dari 9 desa. Dari jumlah desa yang ada, yang memiliki wilayah terluas adalah Desa Oensuli dengan luas 22,71 Km2 (23,27 %), sedangkan desa yang memiliki Wilayah terkecil adalah desa Wataliku dengan luas 3,19 Km2 (3,27 %) dari luas Kecamatan Kabangka yaitu 97,62 km2.
Kabupaten Muna mempunyai iklim tropis seperti sebagian besar daerah di Indonesia, dengan suhu rata-rata sekitar 26 °C–30 °C. Demikian juga dengan musim, Kabupaten Muna mengalami dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Pada umumnya musim hujan terjadi pada bulan Desember sampai Juni dimana angin yang mengandung banyak uap air bertiup dari Benua Asia dan Samudra Pasifik sehingga menyebabkan hujan. Sedangkan musim kemarau terjadi antara Juli sampai November, pada bulan ini angin bertiup dari Benua Australia yang sifatnya kering dan mengandung uap air.
Secara rata-rata, banyaknya hari hujan tiap bulan pada tahun 2018 adalah 14 hari dengan rata-rata curah hujan 214,8 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 477,0 mm dengan jumlah hari hujan sebesar 16 hari hujan.
Kecamatan Kabangka terbagi atas Sepuluh Desa, yaitu:
Penduduk Kecamatan Kabangka berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2018 sebanyak 10.217 jiwa yang terdiri atas 5.046 jiwa penduduk laki-laki dan 5.171 jiwa penduduk perempuan dengan jumlah rumah tangga sebanyak 2.442 rumah tangga. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2018 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 877.
Kepadatan penduduk di Kecamatan Kabangka tahun 2018 mencapai 140 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga adalah 4 orang. Kepadatan Penduduk di kecamatan Kabangka cukup beragam. Kepadatan penduduk tertinggi adalah desa Lupia dengan kepadatan sebesar 265 jiwa/km2 dan terendah di desa Oensuli sebesar 44 jiwa/km2
Berikut Jumlah Penduduk berdasarkan Desa di Kecamatan Kabangka :
Pelaksanaan pembangunan pendidikan di kecamatan Kabangka terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satu indikator yang dapat mengukur tingkat perkembangan pembangunan pendidikan di kecamatan Kabangka adalah banyaknya sekolah, guru dan murid.
Jumlah fasilitas pendidikan di kecamatan Kabangka sebanyak 26 unit yang terdiri dari 10 unit TK sederajat, 11 unit SD sederajat, 3 unit SMP sederajat, dan 2 unit SMA sederajat.
Salah satu indikator untuk mengukur perkembangan kesehatan di kecamatan Kabangka adalah ketersediaan infrastruktur kesehatan hingga ke desa-desa.
Jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Kabangka hingga tahun 2018 yaitu 9 unit, yang terdiri dari 2 unit puskesmas dan 7 unit polindes.
Perkembangan keagamaan di kecamatan Kabangka juga dapat dilihat dari ketersediaan saranan peribadatan. Pada tahun 2018 jumlah tempat peribadatan di kecamatan Kabangka berjumlah 12 unit, terdiri dari 10 unit mesjid dan 2 unit gereja.
Kontu Kowuna adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia.[1]
Secara astronomis, Kecamatan Kontukowuna terletak di bagian barat Kabupaten Muna. Kecamatan Kontukowuna merupakan salah satu kecamatan dari 22 Kecamatan yang ada di Kabupaten Muna.
Batas wilayah administrasi Kecamatan Kontukowuna sebagai berikut:
Kecamatan Kontukowuna terdiri dari 6 desa, yaitu Desa Laghorio, Kafoofoo, Kontukowuna, Bahutara, Kilambibito, dan Karoo.
Luas wilayah Kecamatan Kontukowuna sekitar 70,56 Km². Desa terluas saat ini adalah Desa Laghorio dengan luas 23,10 Km² atau sebesar 32,74 % dari total luas wilayah kecamatan. Desa yang memiliki luas terkecil adalah Desa Kontukowuna dengan luas hanya sebesar 6,36 Km² atau 9,01 % dari total luas Kecamatan Kontukowuna.
Kecamatan Kontukowuna mempunyai iklim tropis seperti sebagian besar daerah di Indonesia, dengan suhu rata-rata sekitar 26 °C–30 °C. Demikian juga dengan musim, Kabupaten Muna mengalami dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Pada umumnya musim hujan terjadi pada bulan Desember sampai Juni dimana angin yang mengandung banyak uap air bertiup dari Benua Asia dan Samudra Pasifik sehingga menyebabkan hujan. Sedangkan musim kemarau terjadi antara Juli sampai November, pada bulan ini angin bertiup dari Benua Australia yang sifatnya kering dan mengandung uap air.
Secara rata-rata, banyaknya hari hujan tiap bulan pada tahun 2018 adalah 14 hari dengan rata-rata curah hujan 214,8 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 477,0 mm dengan jumlah hari hujan sebesar 16 hari hujan.
Kecamatan Kontukowuna merupakan kecamatan yang berada di bawah administrasi pemerintahan Kabupaten Muna. Ibukota Kecamatan Kontukowuna adalah Kontukowuna yang merupakan pusat pemerintahan kecamatan Kontukowuna
Kecamatan Kontukowuna terdiri dari 6 desa Dalam membantu menjalankan pemerintahan, apparat desa dibantu oleh kepala dusun dan kepala RT. Ratarata 1 dusun terdiri dari dari 2 rt. Jumlah dusun di kecamatan Kontukowuna sebanyak 12 dusun. Sedangkan jumlah RT mencapai 14 RT.
Penduduk Kecamatan Kontukowuna berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2018 sebanyak 4.192 jiwa yang terdiri atas 1.971 jiwa penduduk laki-laki dan 2.221 jiwa penduduk perempuan dengan jumlah rumah tangga sebanyak 931 rumah tangga. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2018 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 89.
Kepadatan penduduk di Kecamatan Kontukowuna tahun 2018 mencapai 59 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga adalah 5 orang. Kepadatan Penduduk di kecamatan Kontukowuna cukup beragam. Kepadatan penduduk tertinggi adalah desa Bahutara dengan kepadatan sebesar 175 jiwa/km2 dan terendah di desa Laghorio sebesar 35 jiwa/km2.
Berikut Jumlah Penduduk berdasarkan Desa/Kelurahan di Kecamatan Kontu kowuna :
Pelaksanaan pembangunan pendidikan di kecamatan Kontukowuna terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satu indikator yang dapat mengukur tingkat perkembangan pembangunan pendidikan di kecamatan Kontukowuna adalah banyaknya sekolah, guru dan murid.
Jumlah fasilitas pendidikan di kecamatan Kontukowuna sebanyak Kontukowuna unit yang terdiri dari 7 unit SD sederajat dan 7 unit SMP sederajat.
Salah satu indikator untuk mengukur perkembangan kesehatan di kecamatan Kontukowuna adalah ketersediaan infrastruktur kesehatan hingga ke desa-desa.
Jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Kontukowuna hingga tahun 2018 yaitu 7 unit, yang terdiri dari 1 unit puskesmas dan 6 unit posyandu.
Perkembangan keagamaan di kecamatan Kontukowuna juga dapat dilihat dari ketersediaan saranan peribadatan. Pada tahun 2018 jumlah tempat peribadatan di kecamatan Kontukowuna berjumlah 6 unit, terdiri dari 6 unit mesjid.
Penggunaan lahan di kecamatan Kontukowuna digunakan untuk perumahan dan pekarangan. Luas lahan sawah tahun 2018 mencapai 164 ha yang terdiri dari 85 ha sawah irigasi dan 79 hektar sawah non irigasi.
Tanaman pangan yang diusahakan di kecamatan Kontukowuna yang utama yaitu; padi sawah, jagung, kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar.
Ragam tanaman hortikultura yang diusahakan di di kecamatan Kontukowuna cukup bervariasi. Untuk tanaman sayuran terdapat cabai rawit, kacang panjang, kangkung, petsai/sawi, cabai besar, bawang daun, tomat, terung, ketimun, dan lainnya.
Tanaman menghasilkan produksi yang paling besar adalah kacang panjang, dan kangkung. Tanaman buah-buahan seperti, jeruk siam, pisang, pepaya, dan rambutan menjadi komoditas utama di kecamatan Kontukowuna.
Produksi peternakan di kecamatan Kontukowuna terdiri dari ternak besar dan ternak kecil. Pada tahun 2018 produksi ternak besar meliputi sapi potong mencapai 2.074 ekor. Produksi peternakan kecil di kecamatan Kontukowuna sebagian besar didominasi ayam buras, ayam ras petelur, ayam pedaging, itik dan kambing masing-masing sebanyak 21.929 ekor, 1.686 ekor, 3.193 ekor, 462 ekor dan 762 ekor.
Kontunaga adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia.Kecamatan Kontunaga terdiri dari 6 desa, yaitu Desa Liabalano, Kontunaga, Mabodo, Masalili, Bungi, dan Lapodidi. Luas wilayah Kecamatan Kontunaga sekitar 50,88 Km².[[1]]
Dahulu desa Kontunaga bernama Kontudopi, kontu berarti batu dan dopi berarti papan. Jadi kontudopi berarti batu papan atau batu yang berbentuk seperti sebuah papan. Dinamakan Kontudopi karena ada sebuah bongkahan batu besar yang berbentuk seperti papan. Namun, seiring dengan bergantinya waktu, berkembangnya zaman, maka nama kontudopi berganti nama menjadi kontunaga, kontu berarti batu, dan naga berarti naga. Jadi kontunaga adalah batu yang berbentuk naga, memang kedengarannya lain, tapi begitulah adanya. Bergantinya nama kontudopi menajdi kontunaga karena ditemukannya sebuah batu berbentuk naga di bagian molo (pegunungan).
Secara astronomis, Kecamatan Kontunaga terletak di bagian barat daya Kabupaten Muna. Kecamatan Kontunaga merupakan salah satu kecamatan dari 22 Kecamatan yang ada di Kabupaten Muna. Kecamatan Kontunaga yang beribu kota di Desa Kontunaga memiliki batas – batas wilayah administratif sebagai berikut:
Kecamatan Kontunaga terdiri dari 6 desa, yaitu Desa Liabalano, Kontunaga, Mabodo, Masalili, Bungi, dan Lapodidi. Pada tahun 2015 ada 2 desa pemekaran yaitu Desa Teweghu pemekaran dari Desa Bungi dan Desa Saungkaghito pemekaran dari Desa Mabodo. Kedua desa pemekaran tersebut datanya masih bergabung dengan desa induk Luas wilayah Kecamatan Kontunaga sekitar 50,88 Km². Desa terluas saat ini adalah Desa Bungi dengan luas 13,89 Km² atau sebesar 27,30 % dari total luas wilayah kecamatan. Desa yang memiliki luas terkecil adalah Desa Liabalano dengan luas hanya sebesar 5,40 Km² atau 10,61 % dari total luas Kecamatan Kontunaga.
Luas wilayah Kecamatan Kontunaga sekitar 50,88 Km². Desa terluas saat ini adalah Desa Bungi dengan luas 13,89 Km² atau sebesar 27,30 % dari total luas wilayah kecamatan. Desa yang memiliki luas terkecil adalah Desa Liabalano dengan luas hanya sebesar 5,40 Km² atau 10,61 % dari total luas Kecamatan Kontunaga. Adapun luas daerah di Kecamatan kontunaga adalah:
Kecamatan Kontunaga beribu kota di Desa Kontunaga terdiri dari 6 desa, yaitu Desa Liabalano beribu kota di Punto, Kontunaga beribu kota Dopi, Mabodo beribu kota Mabodo, Masalili beribu kota Masalili, Bungi beribu kota Tewehu, dan Lapodidi beribu kota Lapodidi. Pada tahun 2015 ada 2 desa pemekaran yaitu Desa Teweghu pemekaran dari Desa Bungi dan Desa Saungkaghito pemekaran dari Desa Mabodo. Kedua desa pemekaran tersebut datanya masih bergabung dengan desa induk Luas wilayah Kecamatan Kontunaga sekitar 50,88 Km². Desa terluas saat ini adalah Desa Bungi dengan luas 13,89 Km² atau sebesar 27,30 % dari total luas wilayah kecamatan.
Penduduk Kecamatan Kontunaga berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2016 sebanyak 8.328 jiwa yang terdiri atas 4.011 jiwa penduduk laki-laki dan 4.317 jiwa penduduk perempuan dengan jumlah rumah tangga sebesar 1.922 rumah tangga. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2016 penduduk lakilaki terhadap penduduk perempuan sebesar 92,91.
Kepadatan penduduk di Kecamatan Kontunaga tahun 2016 mencapai 164 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga 4 orang. Kepadatan Penduduk di kecamatan Kontunaga cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Desa Liabalano dengan kepadatan sebesar 234 jiwa/km2 dan terendah di Desa Lapodidi sebesar 75 jiwa/km2. Adapun jumlah penduduk di tiap desa kecamatan kontunaga adalah:
Desa | Penduduk | Jumlah | |
---|---|---|---|
Laki-laki | Perempuan | ||
Liabalano | 1261 | ||
Kontunaga | 1393 | ||
Masalili | 1356 | ||
Mabodo | 2146 | ||
Bungi | 1707 | ||
Lapodidi | 465 | ||
Jumlah | 8323 |
Pelaksanaan pembangunan pendidikan di Kecamatan Kontunaga selama ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Indikator yang dapat mengukur tingkat perkembangan pembangunan pendidikan di Kabupaten Muna seperti banyaknya sekolah, guru dan murid
Tingkat Pendidikan | Sekolah | Guru | Murid |
---|---|---|---|
TK | 7 | 30 | 137 |
Sekolah Dasar | 8 | 81 | 1.249 |
SMP | 2 | 35 | 431 |
SMA/SMK | 2 | 55 | 492 |
Jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Kontunaga pada tahun 2016 yaitu terdiri dari puskesmas 1 unit, posyandu 6 unit.
Kegiatan pembangunan di bidang agama seperti pembangunan sarana peribadatan di Kecamatan Kontunaga Pada tahun 2016 ada 7 unit masjid.
Pertanian tanaman pangan di Kecamatan Kontunaga berupa padi, baik padi sawah maupun padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah. Secara umum, luas panen dan produksi tanaman pangan tahun 2016 ada yang mengalami kenaikan juga ada yang mengalami penurunan.
Komoditas utama perkebunan Kecamatan Kontunaga berupa jambu mete, coklat, kelapa, kopi dan kemiri. Data produktivitas perkebunan tahun 2016 belum tersedia. Pada tahun 2014 produksi tanaman perkebunan terbesar adalah jambu mete yang mencapai 14,0 ton.
Di Kecamatan Kontunaga tahun 2016 tercatat ada 536 industri dengan tenaga kerja sebanyak 868 orang.
Kegiatan pembangunan perlistrikan di Kecamatan Kontunaga yang dikelola oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Jumlah pelanggan listrik di Kecamatan Kontunaga tahun 2016 sebanyak 1.917 pelanggan atau mengalami peningkatan jika dibandingkan jumlah pelanggan listrik tahun 2015 sebanyak 1.730 pelanggan.
Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang mampu menggerakkan perekonomian suatu wilayah. Di Kecamatan Kontunaga terdapat 3 unit pasar dan 192 unit kios. Sedangkan jumlah pedagang sebanyak 244 orang dengan jumlah pedagang besar sebanyak 12 orang dan pedagang kecil sebanyak 232 orang.
Sarana angkutan dan komunikasi merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan masyarakat yang dapat mendukung terciptanya kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat. Panjang jalan di Kecamatan Kontunaga tahun 2015 adalah 44,2 km yang terdiri dari 21,5 km jalan aspal, 7,8 km jalan diperkeras dan 14,9 km jalan tanah.
Kelancaran kegiatan pemerintah dan pembangunan sangat tergantung tersedianya biaya, baik untuk administrasi maupun kegiatan lainnya. Pada tahun 2016 penerimaan dana subsidi di Kecamatan Kontunaga sebesar RP. 1.068.800.000 dengan besaran masing-masing desa Rp. 144.800.000 dan untuk desa pemekaran masingmasing RP. 100.000.000.
Lohia adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia.[[1]]
Secara astronomis, Kecamatan Lohia terletak di bagian Selatan pulau Muna. Secara geografis, Lohia terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan di antara 4.510 – 4.570 Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur diantara 122.390 - 122.400 Bujur Timur.[[2]]
Batas wilayah administrasi
Kecamatan Lohia sebagai berikut:
Luas daratan Kecamatan Lohia yaitu sekitar 49,81 km 2 yang terletak di bagian Selatan Pulau Muna. Kecamatan Lohia terdiri atas 11 desa yaitu Liangkobori, Maabholu, Kondongia, Waara, Mantobua, Korihi,Lakarinta, Lohia dan Loghyia.
Kecamatan Lohia, mempunyai iklim tropis seperti sebagian besar daerah di Indonesia, dengan suhu rara-rata sekitar 26–30 °C. Demikian juga dengan musim, Kecamatan Lohia mengalami dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Pada umumnya musim hujan terjadi pada bulan Desember sampai dengan Juni. Sedangkan musim kemarau terjadi antara Juli sampai November. Secara rata-rata, banyaknya hari hujan tiap bulan pada tahun 2016 adalah 15 hari dengan rata-rata curah hujan 171,98 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember sebesar 280,00 mm dengan jumlah hari hujan sebesar 20 hari hujan.
Kecamatan Lohia merupakan kecamatan yang berada dibawah administrasi pemerintahan Kabupaten Muna. Untuk menjalanakan fungsi pemerintahan, administrasi Pemerintahan di Kecamatan Lohia di bagi menjadi beberapa wilayah administrasi desa. Dimana tiap desa ini masing-masing dipimpin oleh kepala desa. Selain itu pula, di level bawah, administrasi di tiap desa dibagi menjadi Dusun/Lingkungan.
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah dan berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No.32 tahun 2004). Kepala Desa dipilih secara langsung oleh masyarakat di desa tersebut.Setelah terjadi pemekaran desa pada tahun 2015, jumlah desa di Kecamatan Lohia menjadi 11 desa. ;
Penduduk Kecamatan Lohia berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2016 sebanyak 14.543 jiwa yang terdiri atas 6.811 jiwa penduduk laki-laki dan 7.732 jiwa penduduk perempuan dengan jumlah rumah tangga sebesar 3.156 rumah tangga. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2016 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 88.
Kepadatan penduduk di Kecamatan Lohia tahun 2016 mencapai 292 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga 5 orang. Kepadatan Penduduk di 9 desa cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di desa Maabholu dengan kepadatan sebesar 480 jiwa/km2 dan terendah di desa Lakarinta sebesar 159 jiwa/km2.
Desa | Penduduk | Jumlah | |
---|---|---|---|
Laki-laki | Perempuan | ||
Liangkabori | 801 | 846 | 1647 |
Maabolu | 869 | 931 | 1800 |
Kondongia | 1.069 | 1.126 | 2.195 |
Waara | 581 | 647 | 1.228 |
Mantobua | 1.050 | 1.205 | 2.255 |
Korihi | 720 | 891 | 1.611 |
Lakarinta | 394 | 428 | 822 |
Lohia | 817 | 1.002 | 1.819 |
Wabintingi | 506 | 661 | 1.167 |
La Wela | Data masih bergabung dengan desa induk | ||
Kondongia Barat | |||
Jumlah | 6.811 | 7.732 | 14.543 |
Pelaksanaan pembangunan pendidikan di Kecamatan Lohia selama ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Indikator yang dapat mengukur tingkat perkembangan pembangunan pendidikan di Kecamatan Lohia seperti banyaknya sekolah, guru dan murid.
Desa | TK | SD | SMP | SMA | ||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Sekolah | Guru | Murid | Sekolah | Guru | Murid | Sekolah | Guru | Murid | Sekolah | Guru | Murid | |||||
Tetap | Honor | Tetap | Honor | Tetap | Honor | Tetap | Honor | |||||||||
Liangkabori | 1 | - | 3 | 22 | 2 | 13 | 12 | 249 | - | - | - | - | - | - | - | - |
Maabolu | 2 | 2 | 4 | 48 | 1 | 9 | 5 | 234 | 1 | 15 | 4 | 285 | 1 | 5 | 7 | 62 |
Kondongia | - | 6 | - | 57 | 1 | 20 | - | 289 | - | - | - | - | - | - | - | - |
Waara | 1 | 3 | 2 | 37 | 1 | 9 | 5 | 226 | 1 | 33 | - | 449 | 1 | 33 | 16 | 478 |
Mantobua | 1 | 2 | 1 | 56 | 2 | 17 | 8 | 348 | 1 | 15 | - | 162 | 2 | 19 | 11 | 412 |
Korihi | 1 | 2 | 4 | 53 | 1 | 7 | 3 | 128 | - | - | - | - | - | - | - | - |
Lakarinta | 1 | 1 | 3 | 34 | 2 | 8 | 14 | 260 | - | - | - | - | - | - | - | - |
Lohia | 1 | - | 3 | 32 | 3 | 19 | 10 | 197 | - | - | - | - | - | - | - | - |
Wabintingi | 1 | 6 | - | 45 | 2 | 7 | 5 | 113 | 1 | 24 | - | 320 | - | - | - | - |
La Wela | - | - | - | - | 1 | 6 | 5 | 97 | - | - | - | - | - | - | - | - |
Kondongia Barat | 1 | 2 | 4 | 45 | - | - | - | - | - | - | - | - | - | - | - | - |
Jumlah | 10 | 24 | 24 | 429 | 16 | 115 | 67 | 2.141 | 4 | 87 | 4 | 1.216 | 4 | 57 | 34 | 952 |
Untuk mencapai sasaran pembangunan di bidang kesehatan maupun di bidang program keluarga berencana, pemerintah Kabupaten Muna telah menggiatkan pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana kesehatan dan keluarga berencana sampai ke pelosok pedesaan.
Jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan lohia pada tahun 2016 disajikan pada Tabel 3. yaitu yang terdiri dari puskesmas 2 unit dan posyandu 7 unit.
Desa | Puskesmas | Pustu | Balai
Pengobatan |
---|---|---|---|
Liangkabori | - | - | 1 |
Maabolu | - | - | 1 |
Kondongia | - | - | 1 |
Waara | 1 | 3 | - |
Mantobua | - | - | 1 |
Korihi | - | - | 1 |
Lakarinta | - | - | 1 |
Lohia | 1 | - | - |
Wabintingi | - | - | 1 |
La Wela | - | - | - |
Kondongia Barat | - | - | - |
Jumlah | 2 | 3 | 7 |
Kegiatan pembangunan di bidang agama seperti pembangunan sarana peribadatan di Kecamatan Lohia,pada tahun 2016 jumlah tempat peribadatan di Kecamatan Lohia terdiri dari mesjid 12 unit, langgar/surau/mushola.
Komoditas utama perkebunan Kecamatan Lohia berupa kelapa, kopi, jambu mete dan coklat. Data produktivitas perkebunan tahun 2016 belum tersedia. Pada tahun 2014 produksi tanaman perkebunan terbesar adalah kelapa yang mencapai 1.200 ton.
Produksi perikanan di Kecamatan Lohia adalah perikanan tangkap. Pada tahun 2016 produksi perikanan tangkap mencapai 7.680 ton.
Di Kecamatan Lohia, kebutuhan masyarakat akan tenaga listrik sebagian besar diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) Rayon Raha, yang sebelumnya merupakan ranting dari PLN Cabang Bau-Bau, sedangkan bagi masyarakat yang tidak terjangkau dengan jaringan listrik dari PLN biasanya menggunakan lampu minyak tanah dan tenaga listrik non PLN sebagai alat penerangan. Jumlah pelanggan listrik di Kecamatan Lohia tahun 2016 sebanyak 3.158 pelanggan dan non PLN sebanyak 60.
Pembangunan di bidang industri ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja, meratakan kesempatan berusaha, meningkatkan ekspor, menunjang pembangunan daerah, serta memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Desa/Kelurahan | Industri
Rumah Tangga |
Makanan | Minuman | Kayu,Barang dari
kayu dan gabus |
||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Jumlah
(unit) |
Naker
(orang) |
Jumlah
(unit) |
Naker
(orang) |
Jumlah
(unit) |
Naker
(orang) |
Jumlah
(unit) |
Naker
(orang) |
|
Liangkabori | 183 | 275 | 12 | 17 | 8 | 12 | - | - |
Maabolu | 193 | 279 | 4 | 6 | 3 | 3 | - | - |
Kondongia | 24 | 44 | 11 | 18 | 2 | 3 | 5 | 10 |
Waara | 31 | 51 | 16 | 23 | 9 | 14 | - | - |
Mantobua | 52 | 66 | 20 | 28 | 7 | 10 | 1 | 2 |
Korihi | 152 | 178 | 7 | 11 | 8 | 12 | - | - |
Lakarinta | 45 | 62 | 10 | 14 | - | - | 3 | 4 |
Lohia | 45 | 69 | 15 | 21 | 8 | 10 | 2 | 4 |
Wabintingi | 48 | 75 | 8 | 12 | 6 | 8 | 2 | 4 |
La Wela | 23 | 40 | 3 | 4 | - | - | - | - |
Kondongia Barat | 31 | 55 | 14 | 20 | 3 | 6 | 4 | 7 |
Jumlah | 827 | 1.194 | 120 | 174 | 54 | 78 | 17 | 31 |
Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang mampu menggerakkan perekonomian suatu wilayah. Adapun komoditas perdagangan antar desa yang ada di Kecamatan Lohia antara lain hasil pertanian tanaman pangan, berupa kacang tanah dikupas, jagung, dan tomat. Hasil perkebunan, meliputi kelapa, kopi, kapuk, jambu mete, kemiri, coklat, merica dan aren.
Untuk membantu masyarakat miskin, pemerintah menyalurkan beras miskin (raskin) kepada masyarakat. Selama tahun 2015, penyaluran beras miskin di Kecamatan Lohia meningkat sebesar 7,69 persen yaitu dari 142,35 ton tahun 2014 naik menjadi 153,30 ton tahun 2015
Sarana angkutan dan komunikasi merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan masyarakat yang dapat mendukung terciptanya kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat. Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting dalam memperlancar kegiatan perekonomian antar wilayah. Kondisi jalan yang baik akan memudahkan mobilitas penduduk dalam melakukan kegiatan perekonomian dan kegiatan sosial lainnya.
Angkutan darat terdiri dari kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Jumlah kendaraan bermotor di Kecamatan Lohia dari tahun ke tahun senantiasa mengalami peningkatan. Peningkatan ini dikarenakan masyarakat semakin membutuhkan kendaraan untuk membantu memperlancar kegiatan sehari-hari mereka. Pada tahun 2016 jumlah kendaraan di Kecamatan Lohia truk sebanyak 26 unit, pick up 41, mikrolet 48 dan sepeda motor 1603 unit.
Kelancaran kegiatan pemerintah dan pembangunan sangat tergantung tersedianya biaya, baik untuk administrasi maupun kegiatan lainnya. Dana pembangunan desa berasal dari bagian Penerimaan Subsidi Desa dan Anggaran Dana Desa. Pada tahun anggaran 2016, jumlah penerimaan Subsidi Desa untuk kecamatan Lohia berjumlah Rp 135.000.000. sementara itu untuk Anggaran Dana Desa berjumlah Rp 1,503.200 miliar.
Objek wisata unggulan Kabupaten Muna terbanyak terdapat di Kecamatan Lohia. Kecamatan Lohia berpotensi sebagai objek wisata, seperti halnya Pantai Napabale di Desa Lohia, Pantai Meleura, Danau Motonuno, Puncak Motonuno, Danau Ubur-ubur terletak di Desa Lakarinta. Objek wisata Puncak Wakila berada di Desa Kondongia, maupun Gua Liangkabori, Gua Metanduno, Gua Layang-layang berada Di Desa Liangkabori, untuk Kerajinan nentu di Desa Korihi, maupun Kerajinan bambu di Desa Kondongia.[[3]]
Maligano adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia.
Kecamatan Maligano pada umumnya beriklimtropis dengan suhu rata-rata antara 25,8 °C – 28,3 °C.Seperti halnya daerah lain di Kabupaten Muna, pada bulan November sampai Juni angin bertiup dari benua asia dan samudera pasifik mengandung banyak uap air yang menyebabkan terjadinya hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Kecamatan Maligano.
Sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan juli dan oktober, dimana pada bulan ini angin bertiup dari benua Australia yang sifatnya kering dan sedikit mengandung uap air. Seperti halnya daerah Muna pada umumnya, di Kecamatan Maligano angin bertiup dengan arah yang tidak menentu, yang mengakibatkan curah hujan yang tidak menentu pula, dan keadaan ini dikenal sebagai musim pancaroba.
Secara astronomis, Kecamatan Maligano adalah bagian dari Wilayah adiministrasi Kabupaten Muna yang terletak di bagian Selatan Buton Utara. Secara geografis, Maligano terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan di antara antara 5°00’ – 6,25° Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur diantara 123,34° - 124,64° Bujur Timur.
Batas wilayah administrasi Kecamatan Maligano sebagai berikut:
Luas daratan Kecamatan Maligano yaitu sekitar 98,09 Km2yang terletak di bagian Utara Pulau Buton. Kecamatan Maligano terdiri atas 6 desa, yaitu Desa Pohorua, Lapole, Maligano, Raimuna, Latompa, dan Langkoroni. Dari jumlah Desa yang ada, yang memiliki wilayah terluas adalah DesaLangkoroni dengan luas 23,41 Km2 (23,87%), sedangkan Desa yang memiliki Wilayah terkecil adalah Desa Latompa dengan luas 10,82 Km2 (11,03 %) dari luas Kecamatan Maligano.
Penduduk Kecamatan Maligano berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2018 sebanyak 5.702jiwa yang terdiri atas 2.821 jiwa penduduk laki-laki dan 2.881 jiwa penduduk perempuandengan jumlah rumah tangga sebanyak 1.239 rumah tangga. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2018 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 98.
Kepadatan penduduk di Kecamatan Maligano tahun 2018 mencapai 58 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga adalah 5 orang. Kepadatan Penduduk di masing-masing Desa/Kelurahan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Desa Lapole dengan kepadatan sebesar 83 jiwa/km2 dan terendah di Desa Langkoroni yakni hanya sebesar 31 jiwa/km2.
Pelaksanaan pembangunan pendidikan di Kecamatan Maligano selama ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Indikator yang dapat mengukur tingkat perkembangan pembangunan pendidikan di Kecamatan Maligano seperti banyaknya sekolah, guru dan murid.
Untuk mencapai sasaran pembangunan di bidang kesehatan maupun di bidang program keluarga berencana, pemerintah Kabupaten Muna telah menggiatkan pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana kesehatan dan keluarga berencana sampai ke pelosok pedesaan. Program tersebut bisa dilihat pada ketersediaan fasilitas kesehatan di Kecamatan Maligano. Jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Maligano pada tahun 2018 yaitu 3 buah, yang terdiri dari Pusekamas 1 unit, pustu 1 unit, dan 1 unit Poskesdes.
Pertanian tanaman pangan di Kecamatan Maligano yang tercatat pada dinas pertanian berupa tanaman jagung, ubi jalar dan ubi kayu. Secara umum, luas panen tahun 2018 ketiga tanaman ini mencapai masing-masing 102 ton, 5 ton dan 48 ton.
Komoditas utama perkebunan Kecamatan Maligano berupa jambu mete, coklat, Kemiri dan kelapa. Data luas panen dan produksi maisng-masing jenis tanaman perkebunan tersebut pada tahun 2018 disajikan dari data dinas pertanian Kabupaten Muna. Tahun 2018 Luas panen dan Produksi tanaman kelapa masing-masing sebesar 390,30 Hektare dan 589,18 ton. Untuk produksi dan luas panen tanaman jambu mete masing-masing sebesar 451,90 Hektar dan 65,993 ton. Sedangkan tanaman kakao luas panan mencapai 248,4 Ha dan 2.900 ton.
Data peternakan yang ditampilkan untuk Kecamatan Maligano tahun 2018 adalah populasi ternak besar dan kecil serta ternak unggas. Tahun 2018 untuk ternak , populasi sapi sebanyak 2.253 ekor, kerbau 47 ekor, Kuda 3 Ekor dan kambing 450. Sedangkan untuk ternak unggas tahun 2018 terdapat 94.700 ekor ayam kampung, Angsa 97 Ekor dan 600 ekor ternak itik.
Produksi perikanan di Kecamatan Maligano berasal dari produksi perikanan tangkap dan budidaya. Pada tahun 2018, jumlah total produksi perikanan tangkap mencapai 112,2 ton yang terdiri atas 55,40 ton hasil perikanan Demersal, 48,50 ton pelagis, 8,00 ton rajungan,Udang Vaname 2,50 Ton,Udang Windu 1,00 Ton dan Ikan Bandeng 0,80 Ton.
Tahun 2018 di Kecamatan Maligano tercatat sekitar sebanyak 158 industri rumah tangga industri rumah tangga. Industri makanan masih merupakan industri dominan yang ada di Kecamatan Maligano yakni sebanyak 37 usaha industri dengan total tenaga kerja sebanyak 38 orang.
Di Kecamatan Maligano keseluruhan sumber energy listrik yang utama berasal dari listrik PLN. Tahun 2018 , sebanyak 100 persen rumah tangga menggunakan listrik PLN sebagai sumber energi/penerangan utama.
Pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap kebutuhan air bersih yang berdomisili di ibukota Kabupaten Muna sebagian besar dilayani oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sedangkan bagi masyarakat yang berdomisili di daerah pedesaan umumnya menggunakan air dari sumur, mata air dan air hujan. Untuk itu kegiatan pembangunan air bersih dewasa ini diarahkan pada peningkatan kapasitas dan perluasan jaringan air minum dengan maksimal agar dapat menjangkau masyarakat pedesaan. Sampai dengan tahun 2018, PDAM belum mampu menyediakan sarana sumber air bagi masyarakat Maligano. Sekitar 84 persen rumah tangga di Kecamatan Maligano menggunakan air sumur Sebagai sumber air minum utamanya. Sisanya sebanyak 16 persen rumah tangga menggunakan mata air sebagai sumber air minum utama.
Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang mampu menggerakkan perekonomian suatu wilayah. Kecamatan Parigi merupakan daerah kepulauan sehingga transaksi yang terjadi sebagian merupakan perdagangan antar pulau.
Untuk aktivitas jual beli, pasar menjadi tempat dimana aktivitas jual beli terbesar terjadi di Kecamatan Parigi. Di mana sampai dangan tahun 2018 terdapat 5 pasar yang terletak di Desa Maligano,Desa Pohorua, Desa Raimuna, Desa Latompa, dan Desa Langkoroni.
Tahun 2018 di Kecamatan Maligano terdapat 3 pedagang besar dan 37 pedagang eceran yang menjual hasil dagangannya langsung ke konsumen akhir. Terdapat sekitar 2 toko, 120 kios, dan 8 rumah makan.[[1]]
Marobo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia.[[1]]
Kecamatan Marobo, mempunyai iklim tropis seperti sebagian besar daerah di Indonesia, dengan suhu rara-rata sekitar 25ËšC –27ËšC. Demikian juga dengan musim, Kecamatan Marobo mengalami dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Pada umumnya musim hujan terjadi pada bulan Desember sampai dengan Juni. Sedangkan musim kemarau terjadi antara Juli sampai November.
Secara rata-rata, banyaknya hari hujan tiap bulan pada tahun 2016 adalah 15 hari dengan rata-rata curah hujan 171,98 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember sebesar 280,00 mm dengan jumlah hari hujan sebesar 20 hari hujan.
Kecamatan Marobo merupakan kecamatan yang berada dibawah administrasi pemerintahan Kabupaten Muna. Setelah terjadi pemekaran desa pada tahun 2013, jumlah desa di Kecamatan Bone menjadi 7 desa.
Pemerintahan Menurut Desa/Kelurahan. Pada tahun 2016 terdapat 16 dusun / lingkungan dan terdapat 16 RT. Berikut desa di Kecamatan Marobo :
Penduduk Kecamatan Marobo berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2018 sebanyak 6.846 jiwa yang terdiri atas 3.333 jiwa penduduk laki-laki dan 3.513 jiwa penduduk perempuan dengan jumlah rumah tangga sebesar 1.334 rumah tangga. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2018 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 91.
Kepadatan penduduk di Kecamatan Marobo tahun 2018 mencapai 43 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga 5 orang. Kepadatan Penduduk di 5 desa / kelurahan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di desa Tapi-Tapi dengan kepadatan sebesar 49 jiwa/km2 dan terendah di desa Poaroha.
Berikut jumlah penduduk berdasarkan Desa di Kecamatan Marobo :
Pelaksanaan pembangunan pendidikan di Kecamatan Marobo selama ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Indikator yang dapat mengukur tingkat perkembangan pembangunan pendidikan di Kecamatan Marobo seperti banyaknya sekolah, guru dan murid. Kecamatan Marobo memiliki 2 unit Taman kanak-kanak, 9 unit sekolah dasar, 4 unit SMP dan 2 unit SMA.
Untuk mencapai sasaran pembangunan di bidang kesehatan maupun di bidang program keluarga berencana, pemerintah Kabupaten Muna telah menggiatkan pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana kesehatan dan keluarga berencana sampai ke pelosok pedesaan.
Jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Marobo pada tahun 2019 yaitu yang terdiri dari puskesmas 1 unit dan posyandu 7 unit.
Kegiatan pembangunan di bidang agama seperti pembangunan sarana peribadatan di Kecamatan Marobo, pada tahun 2016 jumlah tempat peribadatan di Kecamatan Marobo terdiri dari mesjid 7 unit, langgar/surau/mushola.
Komoditas utama perkebunan Kecamatan Marobo berupa kelapa, kopi, jambu mete dan coklat. Data produktivitas perkebunan tahun 2018 belum tersedia. Pada tahun 2015 produksi tanaman perkebunan terbesar adalah kelapa yang mencapai 6,75 ton.
Pertanian tanaman pangan di Kecamatan Marobo berupa jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah. Secara umum, luas panen dan produksi tanaman pangan tahun 2016 ada yang mengalami kenaikan juga ada yang mengalami penurunan. Produksi jagung 2016 mengalami kenaikan. Produksi jagung tahun 2016 sebesar 6.033 kuintal.
Produksi perikanan di Kecamatan Marobo terdiri dari perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Pada tahun 2016 produksi perikanan tangkap mencapai 7.448 ton. Sementara produksi perikanan budidaya berjumlah 5.725,88 ton.
Pembangunan di bidang industri ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja, meratakan kesempatan berusaha, meningkatkan ekspor, menunjang pembangunan daerah, serta memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Di Kecamatan Marobo, kebutuhan masyarakat akan tenaga listrik sebagian besar diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) Rayon Raha, yang sebelumnya merupakan ranting dari PLN Cabang Bau-Bau, sedangkan bagi masyarakat yang tidak terjangkau dengan jaringan listrik dari PLN biasanya menggunakan lampu minyak tanah dan tenaga listrik non PLN sebagai alat penerangan. Jumlah pelanggan listrik di Kecamatan Marobo tahun 2018 sebanyak 415 pelanggan.
Parigi adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia.[1]
Secara astronomis, Kecamatan Parigi terletak di bagian Selatan Pulau Muna. Secara geografis, Parigi terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan di antara 4.490 – 4.500 Lintang Selatan dan membentang dari barat ke timur diantara 122.42° - 122.43° Bujur Timur.
Batas wilayah administrasi Kecamatan Parigi sebagai berikut:
Secara administratif, Kecamatan Parigi terdiri dari 8 Desa/kelurahan. Dari jumlah kelurahan yang ada, yang memiliki wilayah terluas adalah Desa Parigi dengan luas 5,68 Km2 (44,10 %), sedangkan Kelurahan yang memiliki Wilayah terkecil adalah desa Parigi dengan luas 0,55 Km2 (4,27 %) dari luas Kecamatan Parigi.
Kabupaten Muna mempunyai iklim tropis seperti sebagian besar daerah di Indonesia, dengan suhu rata-rata sekitar 26 °C–30 °C. Demikian juga dengan musim, Kabupaten Muna mengalami dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Pada umumnya musim hujan terjadi pada bulan Desember sampai Juni dimana angin yang mengandung banyak uap air bertiup dari Benua Asia dan Samudra Pasifik sehingga menyebabkan hujan. Sedangkan musim kemarau terjadi antara Juli sampai November, pada bulan ini angin bertiup dari Benua Australia yang sifatnya kering dan mengandung uap air.
Secara rata-rata, banyaknya hari hujan tiap bulan pada tahun 2018 adalah 14 hari dengan rata-rata curah hujan 214,8 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 477,0 mm dengan jumlah hari hujan sebesar 16 hari hujan.
Kecamatan Parigi merupakan kecamatan yang berada di bawah administrasi pemerintahan Kabupaten Muna. Ibukota Kecamatan Parigi adalah Parigi yang merupakan pusat pemerintahan kecamatan Parigi
Kecamatan Parigi terdiri dari 11 desa dan kelurahan. Kelurahan dan Desa di kecamatan Parigi yaitu :
Dalam membantu menjalankan pemerintahan, aparat desa dibantu oleh kepala dusun dan kepala RT. Rata-rata 1 dusun terdiri dari dari 4 RT. Jumlah dusun di kecamatan Parigi sebanyak 27 dusun. Sedangkan jumlah RT mencapai 46 RT.
Penduduk Kecamatan Parigi berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2018 sebanyak 12.327 jiwa yang terdiri atas 5.870 jiwa penduduk laki-laki dan 6.457 jiwa penduduk perempuan dengan jumlah rumah tangga sebanyak 2.851 rumah tangga. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2018 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 91.
Kepadatan penduduk di Kecamatan Parigi tahun 2018 mencapai 98 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga adalah 4 orang. Kepadatan Penduduk di kecamatan Parigi cukup beragam. Kepadatan penduduk tertinggi adalah desa Laiba dengan kepadatan sebesar 287 jiwa/km² dan terendah di desa Parigi sebesar 49 jiwa/km²
Berikut Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan penduduk di kecamatan Parigi :
Pelaksanaan pembangunan pendidikan di kecamatan Parigi terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satu indikator yang dapat mengukur tingkat perkembangan pembangunan pendidikan di kecamatan Parigi adalah banyaknya sekolah, guru dan murid.
Jumlah fasilitas pendidikan di kecamatan Parigi sebanyak 29 unit yang terdiri dari 4 unit TK sederajat, 17 unit SD sederajat, 5 unit SMP sederajat, dan 3 unit SMA sederajat.
Salah satu indikator untuk mengukur perkembangan kesehatan di kecamatan Parigi adalah ketersediaan infrastruktur kesehatan hingga ke desa-desa. Jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Parigi hingga tahun 2018 yaitu 3 unit, yang terdiri dari 2 unit puskesmas dan 1 unit polindes.
Tenaga medis yang ada di Kecamatan Parigi yaitu 2 orang Dokter umum, 2 orang Dokter Gigi, 25 orang bidan dan 18 orang perawat.
Perkembangan keagamaan di kecamatan Parigi juga dapat dilihat dari ketersediaan saranan peribadatan. Pada tahun 2018 jumlah tempat peribadatan di kecamatan Parigi berjumlah 21 unit, terdiri dari 18 unit mesjid, 2 unit mushola, 1 unit pura.
Penggunaan lahan di kecamatan Parigi digunakan untuk perumahan dan pekarangan. Luas lahan sawah tahun 2018 mencapai Parigi ha yang terdiri dari Parigi ha sawah irigasi dan Parigi hektar sawah non irigasi. Tanaman pangan yang diusahakan di kecamatan Parigi yang utama yaitu; padi sawah, jagung, kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar.
Ragam tanaman hortikultura yang diusahakan di di kecamatan Parigi cukup bervariasi. Untuk tanaman sayuran terdapat cabai rawit, kacang panjang, kangkung, petsai/sawi, cabai besar, bawang daun, tomat, terung, ketimun, dan lainnya.
Tanaman menghasilkan produksi yang paling besar adalah kacang panjang, dan kangkung. Tanaman buah-buahan seperti, jeruk siam, pisang, pepaya, dan rambutan menjadi komoditas utama di kecamatan Parigi.
Jambu mete menjadi komoditi perkebunan yang paling banyak diusahakan di kecamatan Parigi. Tahun 2018 Produksi perikanan di kecamatan Parigi sebagian besar didominasi oleh perikanan laut.
Pembangunan dibidang industri ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja, meratakan kesempatan berusaha, meningkatkan ekspor, menunjang pembangunan daerah, serta memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Di Kecamatan Parigi tahun 2018 tercatat ada 464 usaha dan menyerap tenaga kerja sebanyak 1.115 orang. Jumlah industri terbanyak terdapat di desa Kolasa berjumlah 90 industri .
Kebutuhan listrik rumah tangga di kecamatan Parigi sebagian besar diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Jumlah rumah tangga pengguna listrik di Kecamatan Parigi tahun 2018 yaitu sebanyak 2.805 rumah tangga.
Pemenuhan kebutuhan air bersih di Kecamatan Parigi sebagian besar diperoleh dari air sumur. Pada tahun 2018, pengguna sumur sebanyak 2.851 jiwa.
Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang mampu menggerakkan perekonomian suatu wilayah. Kecamatan Parigi terletak di wilayah kepulauaan sehingga transaksi yang terjadi sebagian merupakan perdagangan antar pulau.
Salah satu indikator menilai perkembangan perdagangan adalah ketersediaan sarana perdagangan mandiri. Hingga tahun 2018, di kecamatan Parigi terdapat 2 unit pasar permanen/ tidak permanen, 1 unit Pasar tanpa bangunan.
Pasi Kolaga adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia.[1]
Secara astronomis, Kecamatan Pasi Kolaga adalah bagian dari Wilayah adiministrasi Kabupaten Muna yang terletak di bagian Barat pulau Buton. Secara geografis, Pasi Kolaga terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan di antara 50 00’ – 50 07’ Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur diantara 122° 45’ - 122° 53’ Bujur Timur.
Batas wilayah administrasi Kecamatan Pasi Kolaga sebagai berikut:
Luas daratan Kecamatan Pasi Kolaga yaitu sekitar 48,77 km2 yang terletak di bagian Barat Pulau Buton. Kecamatan Pasi Kolaga terdiri atas 4 desa yaitu Lambelu, Tampunabale, Kolese, dan Mataindaha.
Permukaan wilayah Kecamatan Pasi Kolaga pada umumnya merupakan dataran dengan ketinggian 25-500 meter di atas permukaan laut.
Kecamatan Pasi Kolaga adalah Kecamatan yang terletak di wilayah Muna bagian Timur yang terbentuk pada tahun 2009 dan beribukota di Desa Tampunabale.
Kecamatan Pasi Kolaga merupakan pemekaran dari Kecamatan Pasir Putih yang terdiri dari 4 desa 9 dusun dan 9 RT. Keadaan Sarana/prasarana pemerintahan desa di Kecamatan Pasi Kolaga pada tahun 2018 tercatat 4 Desa, 4 unit Kantor Desa, dan 4 unit balai Desa dan 2 Unit sanggar PKK.
Jumlah penduduk Kecamatan Pasi Kolaga tahun 2018 sebanyak 4.355 jiwa yang terdiri dari 2.054 jiwa penduduk laki-laki dan 2.301 jiwa penduduk perempuan. Berdasarkan Piramida penduduk tampak bahwa jumlah Perempuan lebih banyak daripada jumlah Laki-laki.
Pada tahun 2018 Penduduk Kecamatan Pasi Kolaga tersebar di 4 Desa yang semuanya adalah Warga Negara Indonesia. Desa dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Desa Lambelu dengan jumlah penduduk 1.364 jiwa sedangkan Desa dengan jumlah penduduk terkecil adalah Desa Tampunabale yaitu sebayak 930 jiwa.
Penduduk terpadat ada di desa Tampunabale dengan kepadatan penduduk 155 jiwa per km2, sedangkan penduduk dengan kepadatan paling rendah ada di desa Lambelu yaitu 69 jiwa per km2.
Perbandingan jumlah penduduk perempuan dengan jumlah penduduk laki-laki atau rasio jenis kelamin yaitu 89 artinya setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 89 orang laki-laki.
Jumlah Rumah Tangga sebanyak 954 rumah tangga dengan ratarata anggota 5 orang per rumah tangga.
Berikut Jumlah Penduduk di kecamatan Pasi Kolaga :
Data pendidikan yang disajikan pada Bab ini adalah data mengenai banyaknya sekolah, guru,dan murid disetiap jenjang pendidikan. Data-data tersebust kami peroleh dari sekolah masing-masing.
Taman Kanak-kanak
Jumlah sekolah Taman Kanak- Kanak tahun ajaran 2017/2018 ada 5 unit yang semuanya merupakan sekolah TK Swasta. Jumlah guru sebanyak 10 orang dengan jumlah murid sebanyak 148 orang, dengan rasio murid per guru rata-rata 15 orang.
Sekolah Dasar
Semua Sekolah Dasar (SD) yang ada di Kecamatan Pasi Kolaga berstatus Negeri yang berjumlah 6 unit. Jumlah guru sebanyak 47 orang dan jumlah murid sebanyak 692 orang, sehingga rasio murid per guru sebesar 15 orang.
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertamam (SLTP) yang ada di Kecamatan Pasi Kolaga sebanyak 2 Unit yang semuanya berstatus Negeri, dengan jumlah guru sebantak 25 orang, jumlah murid sebanyak 214 orang sehingga rasio murid per guru adalah 9 orang.
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 1 unit yang statusnya Madrasyah Aliah Swasta dengan jumlah guru sebanyak 15 orang, jumlah murid sebanyak 56 orang, sehingga rasio murid per guru adalah 4 orang.
Sarana Kesehatan yang ada berupa Puskesmas Induk yang ada di Ibukota Kecamatan (Desa Tampunabale) dan 5 unit Puskesmas Pembantu (PUSTU) yang ada di setiap desa Kecuali desa Pola dan Wangguali. Tenaga Kesehatan semuanya Bidan berjumlah 36 orang. Penderita Penyakit terbanyak pada tahun 2018 adalah Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yaitu sebanyak 328 penderita, sedangkan penderita penyakit yang paling sedikit adalah TBC dan Malaria yaitu sebanyak 0 orang.
Realisasi Akseptor KB baru tahun 2018 sebanyak 130 orang dan alat kontaspsi yang paling banyak di gunakan adalah Pil yaitu sebanyak 70 orang. Realisasi Akseptor KB aktif mencapai 408 orang dan Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 452 pasangan.
Penduduk Kecamatan Pasi Kolaga semuanya beragama Islam. Untuk keperluan Ibadah di setiap desa tersedia fasilitas Mesjid.
Di Kecamatan Pasi Kolaga terdapat beberapa fasilitas olahraga antara lain : Lapangan sepak bola dan lapangan bola voli. Fasilitas-fasilitas ini sangat bermanfaat untuk masyarakat, terutama saat penyelenggaraan pertandingan maupun perlombaan menyambuat peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) tanggal 17 Agustus pada setiap tahunnya.
Di Kecamatan Pasi Kolaga terdapat juga penyandang cacat yang meliputi : Tuna Netra, Tuna Rungu, Tuna Wicara, Tuna rungu dan wicara, cacat anggota badan, cacat mental dan cacat Kronis. Jenis kecacacatan yang terbanyak adalah Tuna Wicara mencapai 9 orang.
Seperti masyarakat Kabupaten Muna pada umumnya, tanaman pertanian yang paling utama di Kecamatan Pasi Kolaga adalah Jagung dengan luas tanam 78 Ha, atau 77,38 %. Tanaman pertanian yang paling sedikit diusahakan adalah Talas dengan luas tanam 1 Ha. atau 0,48 %.
Jenis tanaman perkebunan utama yang ada di Kecamatan Pasi Kolaga adalah Jambu Mete, Kelapa dan Coklat.
Jenis ternak yang di usahakan terdiri dari sapi dan kambing Populasi ternak besar yang paling banyak adalah sapi yaitu sebanyak 755 ekor dan ungags yang terbanyak adalah ayam buras/ayam kampung yaitu sebanyak 4.600 ekor.
Hasil Perikanan yang ada di Kecamatan Pasir putih berupa ikan tangkap/ikan laut, udang dan rumput laut.
Penyajian data di bidang Industri ini meliputi Industri besar, Industri Sedang, Industri kecil dan Indistri kerajinan Rumah Tangga. Akan tetapi industri yang ada di Kecamatan Pasir Putih adalah industri kerajinan rumah tangga/industri Mikro saja.
Klasifikasi perusahaan industri meliputi :
Data perusahaan industri menunjukan keberadaan industri kerajinan rumah tangga/industri mikro sebayak 602 unit dengan tenaga kerja 1.174 orang.
Selain bekerja di bidang industri masyarakat juga bergerak di bidang pertambangan/penggalian. Bahan galian yang ada di Kecamatan Pasi Kolaga pada tahun 2018 yaitu Pasir, Tanah Timbunan dan batu gunung.
Bahan galian yang paling banyak di hasilkan adalah tanah timbunan yang di perkirakan mencapai 11.520 m3, dengan jumlah perusahaan sebanyak 10 perusahaan dengan jumlah tenaga kerjanya sekitar 31 orang dan bahan galian yang paling sedikit di usahakan adalah batu gunung yang di perkirakan hanya mencapai sekitar 1.100 m3, dengan jumlah perusahaan sebanyak 30 perusahaan dengan jumlah tenaga kerjanya sekitar 60 orang.
Kebutahan masyarakat akan sumber penerangan sebagian besar di peroleh dari Listrik PLN. Masih ada sebagian kecil rumah tangga yang sumber penerangannya masih menggunakan bukan Listrik/lampu tembok dan tidak ada lagi rumah tangga yang sumber penerangannya menggunakan non PLN
Adapun rumah tangga yang sudah menggunakan listrik PLN yaitu 951 rumah tangga, yang masih menggunakan listrik non PLN sebanyak 0 rumah tangga dan yang masih menggunakan non listrik/lampu tembok sebagai sumber penerangannya sebanyak 3 rumah tangga.
Sumber air bersih masyarakat Kecamatan Pasi Kolaga sebagian besar sudah menggunakan sumur terlindung yaitu sebanyak 591 rumah tangga, dan yang sudah menggunakan sumur bor sebagai sumber utama air bersihnya sebanyak 154 rumah tangga, sedangkan yang sudah menggunakan mata air terlindung sebagai sumber utama air minumnya sebanyak 209 rumah tangga.
Kegiatan perdagngan pada umumnya masyarakat Kecamatan Pasikoalaga adalah perdagangan besar dan perdagangan eceran. Jumlah pedagang besar sebanyak 2 orang dan pedagang eceran sebanyak 112 orang.
Yang dimaksud dengan perdagangan besar adalah pedagang yang membeli barang untuk di jual kepada pedagang lain ( bukan konsumen akhir ) yang biasanya merupakan pedagang pengumpul. Media perekonomian yang ada yaitu pasar 3 unit yang tersebar di 3 Desa antara lain : Desa Lambelu, Tampunabale, dan Kolese, dan kios 83 unit, baik kios permanen maupun kios tidak permanen yang berada di setiap desa.
Pasir Putih adalah kecamatan di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kecamatan ini memiliki luas 89,53 km² dan merupakan salah satu kecamatan di kawasan Muna Timur.
Kecamatan Pasir Putih merupakan bagian dari Kabupaten Muna yang berada dibagian Utara Pulau Buton dan berada di Wilayah Muna Timur. Batas Wilayah Kecamatan Pasir Putih adalah sebagai berikut :
Kecamatan Pasir Putih secara administrasi terdiri dari 6 Desa dengan luas wilayah 89,53 km2.Wilayah tersebut terletak di sebelah Utara Pulau Buton. Desa terluas adalah Pola sedangkan paling kecil adalah Kogholifano.
Kecamatan Pasir Putih pada umumnya beriklim tropis dengan suhu rata-rata antara 25 °C – 27 °C. Seperti halnya daerah lain di Kabupaten Muna, pada bulan November sampai Juni angin bertiup dari Benua Asia dan Samudera Pasifik mengandung banyak uap air yang menyebabkan terjadinya hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Kecamatan Pasir Putih.
Sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan Juli dan Oktober, dimana pada bulan ini angin bertiup dari benua Australia yang sifatnya kering dan sedikit mengandung uap air. Seperti halnya daerah Sulawesi Tenggara pada umumnya, di Kecamatan Pasir Putih angin bertiup dengan arah yang tidak menentu, yang mengakibatkan curah hujan yang tidak menentu pula, dan keadaan ini dikenal sebagai musim pancaroba.
Kecamatan Pasir Putih adalah Kecamatan yang terletak di wilayah Muna Timur yang terbentuk pada tahun 2004 dan beribukota di desa Pola.
Kecamatan Pasir Putih merupakan pemekaran dari Kecamatan Wakorumba Selatan yang terdiri dari 6 desa 12 Dusun dan 14 RT Keadaan Sarana/prasarana pemerintahan desa di Kecamatan Pasir Putih pada tahun 2018 tercatat 6 Desa , 6 unit Kantor Desa, 6 unit Balai Desa dan 3 Unit sanggar PKK.
Jumlah Penduduk yang dijadikan acuan dalam publikasi kali ini adalah jumlah penduduk hasil Proyeksi BPS Kab. Muna Jumlah penduduk Kecamatan Pasir Putih tahun 2018 sebanyak 4.594 jiwa yang terdiri dari 2.172 jiwa penduduk laki-laki dan 2.422 jiwa penduduk perempuan. Berdasarkan Piramida penduduk tampak bahwa jumlah Perempuan lebih banyak daripada jumlah Laki-laki.
Pada tahun 2018 Penduduk Kecamatan Pasir Putih tersebar di 6 Desa yang semuanya adalah Warga Negara Indonesia (WNI).Desa dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Desa Pola dengan jumlah penduduk 1.591 jiwa sedangkan Desa dengan jumlah penduduk terkecil adalah Desa Labulawa yaitu sebayak 473 jiwa.
Penduduk terpadat ada di desa Pola dengan kepadatan penduduk 91 jiwa per km2 ,sedangkan penduduk dengan kepadatan paling rendah ada di desa Bumbu yaitu 32 jiwa per km2.
Perbandingan jumlah penduduk perempuan dengan jumlah penduduk laki-laki atau rasio jenis kelamin yaitu 90 artinya setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 90 orang laki-laki. Jumlah Rumah Tangga sebanyak 1,007 rumah tangga dengan ratarata anggota 4 orang per rumah tangga.
Berikut jumlah penduduk di Kecamatan Pasir Putih:
Data mengenai banyaknya sekolah, guru,dan murid disetiap jenjang pendidikan di kecamatan pasir putih. Data-data tersebust diperoleh dari sekolah masing-masing.
Jumlah sekolah Taman Kanakkanak tahun ajaran 2018/2019 ada 7 unit yang semuanya merupakan sekolah TK Swasta. Jumlah guru sebanyak 17 orang dengan jumlah murid sebanyak 132 orang, dengan rasio murid per guru rata-rata 8 orang Semua Sekolah Dasar (SD) yang ada di Kecamatan Pasir Putih berstatus Negeri yang berjumlah 9 unut.Jumlah guru sebanyak 59 orang dan jumlah murid sebanyak 677 orang, sehingga rasio murid per guru sebesar 11 orang.
Jumlah SLTP yang ada di Kecamatan Pasir Putih sebanyak 5 Unit yang semuanya berstatus Negeri, dengan jumlah guru sebantak 50 orang, jumlah murid sebanyak 428 Orang sehingga rasio murid per guru adalah 9 orang.
Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak I unit yang statusnya Negeri dengan jumlah guru sebanyak 24 orang jumlah murid sebanyak 322 orang, sehingga rasio murid per guru adalah 13 orang.
Sarana Kesehatan Yang ada berupa Puskesmas Induk yang ada di Ibukota Kecamatan (Desa Pola) dan 5 unit Puskesmas Pembantu (PUSTU) yang ada di setiap desa Kecuali desa Pola. Tenaga Kesehatan yaitu : Perawat berjumlah 12 orang, Paramedis Non Perawat berjumlah 6 orang, Non Medis berjumlah 5 orang, Bidan berjumlah 13 orang.
Penderita Penyakit terbanyak pada tahun 2018 adalah Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yaitu sebanyak 1.216 penderita,sedangkan penderita penyakit yang paling sedikit adalah Malaria yaitu sebanyak 3 orang.
Realisasi Akseptor KB baru tahun 2018 sebanyak 146 orang dan alat kontaspsi yang paling banyak di gunakan adalah suntikan yaitu sebanyak 248 orang. Realisasi akseptor KB aktif mencapai 496 Pasangan Usia Subur (PUS).
Penduduk Kecamatan Pasir Putih semuanya beragama Islam. Untuk keperluan Ibadah di setiap desa tersedia fasilitas Mesjid.
Di Kecamatan Pasir Putih terdapat juga penyandang cacat yang meliputi : Tuna Netra, Tuna Rungu, Tuna Wicara, Tuna rungu dan wicara, cacat anggota badan, cacat mental dan cacat Kronis. Jenis kecacacatan yang terbanyak adalah cacat anggota badan mencapai 23 orang.
Seperti masyarakat Kabupaten Muna pada umumnya, tanaman pertanian yang paling utama di Kecamatan Pasir Putih adalah Jagung dengan luas lahan yang diusahakan seluas 61 Ha. Tanaman pertanian yang paling sedikit diusahakan adalah Kacang Hijau adalah 2 Ha.
Jenis tanaman perkebunan utama yang ada di Kecamatan Pasir Putih adalah Jambu Mete, Kelapa dan Coklat.
Jenis ternak yang di usahakan terdiri dari sapi dan kambing Populasi ternak besar yang paling banyak adalah sapi yaitu sebanyak 1.230 ekor dan ungags yang terbanyak adalah ayam buras/ayam kampung yaitu sebanyak 4.840 ekor.
Hasil Perikanan yang ada di Kecamatan Pasir putih berupa ikan tangkap/ikan laut , udang dan rumput laut. Hasil laut lainnya seperti kepiting kerang laut dan lainnya datanya tidak tersedia.
Selain bekerja di bidang industri masyarakat juga bergerak di bidang pertambangan/penggalian. Bahan galian yang ada di Kecamatan Pasir Putih yaitu : Batu gunung, Batu Kali dan Pasir.
Bahan galian yang paling banyak di hasilkan adalah Batu gunung dengan jumlah yang mengusahakan sebanyak 34 unit dengan jumlah tenaga kerjanya sekitar 52 orang dan bahan galian yang paling sedikit di usahakan adalah Pasir dengan jumlah perusahaan sebanyak 18 unit dengan jumlah tenaga kerjanya sebanyak 21 orang.
Kebutahan masyarakat akan sumber penerangan sebagian besar di peroleh dari Listrik PLN. Masih ada sebagian kecil rumah tangga yang sumber penerangannya masih menggunakan Listrik Non PLN dan bukan Listrik/lampu tembok.
Adapun rumah tangga yang sudah menggunakan listrik PLN yaitu 630 rumah tangga yang masih menggunakan listrik non PLN sebanyak 334 rumah tangga dan yang masih menggunakan non listrik/lampu tembok sebagai sumber penerangannya sebanyak 28 rumah tangga.
Sumber air bersih masyarakat sebagian besar sudah menggunakan mata air terlindung yaitu sebanyak 722 rumah tangga yang menggunakan sumur terlindung sebagai sumber utama air bersihnya sebanyak 0 rumah tangga dan yang sudah mengunakan sumur bor sebagai sumber utama air bersihnya sebanyak 78 rumah tangga, sedangkan masyarakat desa Kogholifano pada umumnya masih mengandalkan air hujan untuk kebutuhan sehari-harinya , kecuali untuk air minum sebagian besar juga masyarakatnya sudah menggunakan mata air terlindung atau sumur terlindung yang diambil dari desa Pola.
Kegiatan perdagngan pada umumnya masyarakat Kecamatan Pasir Putih adalah perdagangan besar dan perdagangan eceran. Jumlah pedagang besar sebanyak 4 orang dan pedagang eceran sebanyak 123 orang. Yang di maksud dengan perdagangan besar adalah pedagang yang membeli barang untuk di jual kepada pedagang lain ( bukan konsumen akhir ) yang biasanya merupakan pedagang pengumpul.
Media perekonomian yang ada yaitu pasar 3 unit yang tersebar di 3 desa antara lain : Desa Kamosope. Pola dan Kogholifano, dan kios 110 unit, baik kios permanen maupun kios tidak permanen yang berada di setiap desa. [[1]]
Wakorumba Selatan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia.[1]
Secara astronomis, Kecamatan Wakorumba Selatan terletak di bagian Timur Pulau Muna. Secara geografis, Wakorumba Selatan terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan di antara 4.49° –4.50° Lintang Selatan dan membentang dari barat ke timur diantara 122.81°-122.83° Bujur Timur.
Batas wilayah administrasi Kecamatan Wakorumba Selatan sebagai berikut:
Secara administratif, Kecamatan Wakorumba Selatan terdiri dari 4 Desa 1 kelurahan. Dari jumlah desa/kelurahan yang ada, yang memiliki wilayah terluas adalah Desa Wambona dengan luas 47,56 Km2 (50,15 %), sedangkan desa yang memiliki Wilayah terkecil adalah desa Bakealu dengan luas 3,02 Km2 (3,18 %) dari luas Kecamatan Wakorumba Selatan.
Kabupaten Muna mempunyai iklim tropis seperti sebagian besar daerah di Indonesia, dengan suhu rata-rata sekitar 26 °C–30 °C. Demikian juga dengan musim, Kabupaten Muna mengalami dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Pada umumnya musim hujan terjadi pada bulan Desember sampai Juni dimana angin yang mengandung banyak uap air bertiup dari Benua Asia dan Samudra Pasifik sehingga menyebabkan hujan. Sedangkan musim kemarau terjadi antara Juli sampai November, pada bulan ini angin bertiup dari Benua Australia yang sifatnya kering dan mengandung uap air.
Secara rata-rata, banyaknya hari hujan tiap bulan pada tahun 2018 adalah 14 hari dengan rata-rata curah hujan 214,8 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 477,0 mm dengan jumlah hari hujan sebesar 16 hari hujan.
Kecamatan Wakorumba Selatan merupakan kecamatan yang berada di bawah administrasi pemerintahan Kabupaten Muna. Ibukota Kecamatan Wakorumba Selatan adalah Kelurahan Labunia yang merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Wakorumba Selatan
Kecamatan Wakorumba Selatan terdiri dari 4 desa dan 1 kelurahan. Kelurahan di Kecamatan Wakorumba Selatan yaitu Labunia. Desa di Kecamatan Wakorumba Selatan yaitu Wakorumba, Pure, Bakealu dan Wambona.
Dalam membantu menjalankan pemerintahan, apparat desa dibantu oleh kepala dusun dan ketua RT. Rata-rata 1 dusun terdiri dari 2 RT. Jumlah dusun di Kecamatan Wakorumba Selatan sebanyak 11 dusun. Sedangkan jumlah RT mencapai 13 RT.
Pembagian administrasi di kecamatan ‘’’Wakorumba Selatan’’’ :
Penduduk Kecamatan Wakorumba Selatan berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2018 sebanyak 4,726 jiwa yang terdiri atas 2,290 jiwa penduduk laki-laki dan 2,436 jiwa penduduk perempuan dengan jumlah rumah tangga sebanyak 1,025 rumah tangga. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2018 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 94.
Kepadatan penduduk di Kecamatan Wakorumba Selatan tahun 2018 mencapai 50 jiwa/k m2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga adalah 5 orang. Kepadatan Penduduk di kecamatan Wakorumba Selatan cukup beragam.
Kepadatan penduduk tertinggi adalah desa Bakealu dengan kepadatan sebesar 101 jiwa/k m2 dan terendah di desa Wambona sebesar 23 jiwa/km2.
Berikut Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan di Kecamatan Wakorumba Selatan :
Pelaksanaan pembangunan pendidikan di Kecamatan Wakaorumba Selatan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satu indikator yang dapat mengukur tingkat perkembangan pembangunan pendidikan di Kecamatan Wakorumba Selatan adalah banyaknya sekolah, guru dan murid. Jumlah fasilitas pendidikan di Kecamatan Wakorumba Selatan sebanyak 14 unit yang terdiri dari unit TK sederajat, 7 unit SD sederajat, 2 unit SMP sederajat, dan 1 unit SMA sederajat.
Salah satu indikator untuk mengukur perkembangan kesehatan di Kecamatan Wakorumba Selatan adalah ketersediaan infrastruktur kesehatan hingga ke desa-desa.
Jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Wakorumba Selatan hingga tahun 2018 yaitu 10 unit, yang terdiri dari 0 unit rumah sakit, 0 unit rumah bersalin, 1 unit puskesmas, 1 unit poskesdes, 7 unit posyandu, 0 unit klinik/balai kesehatan, dan 0 unit polindes.
Tenaga medis yang ada di Kecamatan Wakorumba Selatan yaitu 1 orang Dokter umum, 15 orang bidan, 13 orang perawat, 1 tenaga farmasi, dan 3 tenaga kesehatan lainnya.
Perkembangan keagamaan di Kecamatan Wakorumba Selatan juga dapat dilihat dari ketersediaan saranan peribadatan. Pada tahun 2018 jumlah tempat peribadatan di Kecamatan Wakorumba Selatan berjumlah 9 unit, terdiri dari 9 unit mesjid.
Penggunaan lahan di Kecamatan Wakorumba Selatan digunakan untuk perumahan dan pekarangan. Luas lahan sawah tahun 2018 mencapai 0 ha yang terdiri dari 0 ha sawah irigasi dan 0 hektar sawah non irigasi.
Tanaman pangan yang diusahakan di Kecamatan Wakorumba Selatan yang utama yaitu; padi ladang, jagung, kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar.
Ragam tanaman hortikultura yang diusahakan di di Kecamatan Wakorumba Selatan cukup bervariasi. Untuk tanaman sayuran terdapat cabai rawit, kacang panjang, kangkung, petsai/sawi, cabai besar, bawang daun, tomat, terung, ketimun, dan lainnya. Tanaman menghasilkan produksi yang paling besar adalah kacang panjang, dan kangkung.
Tanaman buah-buahan seperti, jeruk siam, pisang, pepaya, dan rambutan menjadi komoditas utama di Kecamatan Wakorumba Selatan. Jambu mete menjadi komoditi perkebunan yang paling banyak diusahakan di kecamatan Wakorumba Selatan. Tahun 2018 luas tanam jambu mete mencapai 262,14 hektar. Selain itu, terdapat tanaman kelapa, cokelat dengan luas tanam masing-masing sebesar 391,98 hektar, dan 0,58 hektar.
Produksi perikanan di Kecamatan Wakorumba Selatan terdiri dari perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Pada tahun 2018 produksi perikanan tangkap mencapai 209,56 ton. Produksi perikanan di Kecamatan Wakorumba Selatan sebagian besar didominasi oleh perikanan laut.
Pembangunan dibidang industri ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja, meratakan kesempatan berusaha, meningkatkan ekspor, menunjang pembangunan daerah, serta memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Di Kecamatan Wakorumba Selatan tahun 2018 tercatat ada 352 usaha dan menyerap tenaga kerja sebanyak 745. Jumlah industri terbanyak terdapat di Kelurahan Labunia berjumlah 128 industri .
Kebutuhan listrik rumah tangga di Kecamatan Wakorumba Selatan sebagian besar diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Jumlah rumah tangga pengguna listrik di Kecamatan Wakorumba Selatan tahun 2018 yaitu sebanyak 924 rumah tangga.
Pemenuhan kebutuhan air bersih di Kecamatan Wakorumba Selatan sebagian besar diperoleh dari air sumur. Pada tahun 2018, pelanggan PDAM/bukan PDAM baik menggunakan meteran maupun non meteran sebanyak 459 pelanggan.
Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang mampu menggerakkan perekonomian suatu wilayah. Kecamatan Wakorumba Selatan terletak di wilayah kepulauaan sehingga transaksi yang terjadi sebagian merupakan perdagangan antar pulau.
Salah satu indicator menilai perkembangan perdagangan adalah ketersediaan sarana perdagangan mandiri. Hingga tahun 2018, di Kecamatan Wakorumba Selatan terdapat 1 unit pasar permanen/ tidak permanen, 0 unit minimarket, 0 unit restoran, 2 unit rumah makan, 0 unit kedai makan, dan 2 unit toko kelontong.
Watopute adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Watopute terdiri atas 8 Kelurahan/Desa, yaitu
Kecamatan Watopute terletak di bagian utara Pulau Muna. Secara geografis, Watopute terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan di antara 4.490 – 4.500 Lintang Selatan dan membentang dari barat ke timur diantara 122.420 - 122.430 Bujur Timur.
Batas wilayah administrasi Kecamatan Watopute sebagai berikut: a) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kusambi. b) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Batalaiworu dan Katobu. c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kontunaga. d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lawa.
Penduduk Kecamatan Watopute berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2018 sebanyak Watopute 13.139 jiwa yang terdiri atas 6.404 jiwa penduduk laki-laki dan 6.735 jiwa penduduk perempuan dengan jumlah rumah tangga sebanyak 3.046 rumah tangga. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2018 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 754.
Desa/Kelurahan | Luas Wilayah
Area (km2) |
Penduduk
(jiwa) |
Kepadatan |
---|---|---|---|
Labaha | 5,10 | 9.035 | 2.087 |
Watopute/Wali | 6,82 | 2.500 | 367 |
Bangkali | 4,14 | 1.605 | 388 |
Bangkali Barat | 2,5 | 979 | 392 |
Dana | 13,9 | 3.194 | 230 |
Lakapodo | 13,04 | 1.170 | 90 |
Wakadia | 38,45 | 1.806 | 47 |
Matarawa | 16,17 | 834 | 52 |
Watopute | 100,12 | 13.139 | 131 |
Kepadatan penduduk di Kecamatan Watopute tahun 2018 mencapai Watopute 131 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga adalah 4 orang. Kepadatan Penduduk di kecamatan Watopute cukup beragam. Kepadatan penduduk tertinggi adalah desa Bangkali Barat dengan kepadatan sebesar 392 jiwa/km2 dan terendah di desa Wakadia sebesar 47 jiwa/km2 [[1]]
© . All Rights Reserved. Designed by Dinas Komunikasi informatika Statistik dan Persandian